well, sebenarnya ini cerita lanjutan jalan2 solo saya ke Thai pada bulan Februari lalu. many memories to remember, many things to learn. silaken...
3rd day, feb 19 2014
The sun, beaches and bitches is over. This day i’m going
to the capital City, bangkok. City of angles. Sebenernya
dua hari yg lalu, hari senin ada bentrokan (lagi) antara demonstran dan polis.
Kata pengelola hostel gw di pattaya, empat orang tewas akibat
bentrokan ini. Dan benar saja pas gw baca koran
lokal dengan huruf thai (sok ngerti, padahal baca huruf thai aja ga bisa).
(pas lg kejadian ini, emak gw
langsung telpon dan bilang "hati2 disana lg kerusuhan”). Hmmm naluri
seorang ibu memang tidak pernah melenceng. Tapi apapun yang terjadi di bangkok
gak menurunkan hasrat gw untuk pergi dan menjelajah kota dengan nama asli paling
pajang di dunia itu. (cek wikipedia bro, sis...)
 |
sarapan ane roti+susu, plus koran lokal |
Meski Pattaya
dengan sejuta pesonanya masih merayu2 untuk tinggal barang sehari dua hari lagi
(abis dong), tapi kaki gw mantap meninggalkan Jomtien hostel dan menuju pattaya
south road dengan menumpang (bayar kok) sebuah van menuju bangkok. Oya, sebelum
naik van dan sesudah beli tiket, gw beli oleh2 buat teteh gw yang terkenal
cerewet dengan permintaannya yang bejibun. (padahal gantungan kunci doang).
Oya, tadinya gw menuju
bangkok berbarengan dengan Mr deepak the hotelier my indian roomate. Mr deepak mau
janjian sama temennya, menuju ke BKK naik bus, dengan dalih lebih nyaman dan
gak berenti di sembarang titik. Tapi, alih2 pengen cari tantangan dengan menuju
ke bangkok seorang diri dan sudah kadung janji dengan gadis penjual tiket van
semalam sebelumnya, maka gw tetep naik van aja menuju BKK.
Meski kalo pake bus gw akan
ada temen selama d jalan, tp itu berrti apa yg udah gw rencanain bakal
berantakan. Secara rute pake bus n van beda. Kalo pake van bisa lgsg naek BTS ke hostel. Tp kalo bus, gw ga ada
obsrvasi sama sekali. Jadilah tetap dengan rencana awal. INTINYA, DISIPLIN SAMA ITINERARY
YG UDAH DI BUAT AKAN LEBIH MEMPERLANCAR PERJALANAN KITA. It works sodara2.....
 |
pemandangan tol PTY-BKK dari dalam van |
Dua jam
perjalanan selama PTY-BKK ditemani playlist lagu2 sendu dan menghibur dari my
lovely gadget NOKIA LUMIA 620 (padahal ga di endorse). Mulai dari lagu Greenday,
glen fredly, andien, dan masih banyak lagi (males cek HP). Oya, selain telinga
yang dimanja, mata juga di manja dengan pemandangan dari dalam van. Thai
(terutama pemerintahnya) itu paham benar bahwa sarana, prasarana dan SDM harus
benar2 diperhatikan dalam menunjang pariwisata. Padahal kalo secara logika,
indo n thai itu serumpun, tp indo, beuh, tertinggal jauh lah. Mulai dari jalan
tol yang mulus semulus muka Yingluck Shinawatra, transportasi yang ramah buat
wisatawan terutama asing (seramah senyuman khas Thai), dan beragam hal tetek
bengek lainnya. Yep, sepanjang jalan, mana ada PKL yang mengotori kota, jalan
berlubang, pungli, atau orang2 yang rese sama wisatawan. See, kita satu rumpun,
belajarlah dari Thai...
Gak terasa udah
nyampe kota BKK. Dan jantung makin berdebar kuenceng... campur aduk, antara
takut nyasar dan kejebak demo. Secara Bangkok itu kota besar, apa yang kita
lihat dekat di peta bisa jadi sangat jauh. Apa yang kita rencanain belum tentu
mulus saat prakteknya... hal2 ini terus berkecamuk hingga akhirnya van yang gw
tumpangi berenti di sebuah mall deket victory monument (dan victory monument
BTS station).
Turun dengan
penuh percaya diri, tapi perut laper, maka gw memutuskan masuk ke dalam mall
nya dengan harapan mendapat setitik hidayah dan WIFI!!!!. Yep, apalagi kalo
bukan buat membuka peta GPS HP gw...so akan memudahkan dalam navigasi. Setelah
keliling2 cari tempat makan yang pasti halal, gw mantep melipir ke KFC. Setelah
pesan ayam dan cola (apakabar hasil ngegym, lupakan) gw duduk di kursi deket
jendela dan langsung bertantya pada pelayan yang sedang beresin sisa makan di
meja samping.
Me : “hi, do you
have wifi here? Whats the password?”
Pelayan (bukan
inem, dan ga seksi) : “ndhuiuebrjrjeuif” (ngomong thai, karena sekali lagi, doi
ngira gw orang thai)
Me : “i cant
speak thai, sorry. Em...wifi, wifi, internet...”
Pelayan :
no...no... (sambil lambai2 tangan)
 |
menu mamam siang, 54 baht saja |
 |
stasion victory monument. where my bangkokian story begin... |
Men,kalo untuk hal ini, gw akui KFC indonesia masih lebih manusiawi tehradap fakir WIFI kayak gw inihhhh. Well, sambil menunggu wangsit datang, gw makan tuh ayam sambil sesekali mereguk cola.
Perut keyang saatnya stretching dengan memutar pinggang ke kanan dan ke kiri. Dan, tak dinyana tak disangka, ternyata pas nengok ke belakang gw liat tulisan dengan jelasnya (victory monument BTS station). Yeay... hati riang bukan kepalang. Ini lah pintu yang akan membawa gw ke tempat tujuan apalagi kalo bukan SAPHAIPAE HO(S)TEL (hostel again, maklum backpacker) dan ke berbagai tempat lainnya. Ya, secara BTS atau Bangkok Train System (bukan Bangkok trafic loveStory ya, ini mah judul pelem, apalagi bangkok love story, cek google bro) itu alat transport yang bisa bawa kamu ke sudut manapun di kota ini.
BTS (Bangkok Terrible Story)
Well, sebelum mantap beli tiket, saya sebut tujuan ke stasiun SIAM, statiun tempat transit, sebelum berenti di station terdekat hostel, yaitu station SURASAK (transit dan rubah kereta karena beda jalur). Saya pun disuruh bayar sejumlah .... THB (maaf lupa). Setelah naik BTS dengan pede, ikut rombongan orang lain, maklum gak ada barang beginian di negeri sendiri, gw menikmatisuasana dalam BTS yang adem dan dipenuhi orang2 bangkok atau BANGKOKIAN yang modis2.
Terseliplah seorang makhluk bak TIKA T2 alias tika ramlan. Chubby dan berkulit khas putih langsat. Senyum seringai nan malu2. Trus temennya ngajak ngobrol dan terpancinglah ia untuk ngobrol jugak. Dan saat mengeluarkan kata2 pertama, saya langsung menelan ludah sendiri (ya iyalah, ngapain nelen ludah orang, iyeuhhhh). Suara sang Tika ramlan wanna be sangat ngebass dan khas suara pria dewasa yang sudah akil baligh mendapat mimpi non kering lewat umur 15an. Aaaakkkk... now i realized that im in Bangkok momy....
antrian bangkokian menuju BTS. tertib dan teratur >>>
<<< kartu atau karcis elektrik BTS. catchy bingits kan?
Sesampai di
station SURASAK setelah berganti di SIAM, gw pun terpana dengan suasana station
yang jauh beda dengan stasion di indo (lagi). Bersih, tanpa vandalisme, tanpa
ibu2 menyusui anak bayinya di lantai station, tanpa PKL dan pedagang asongan.
Hm... kalo gini mah betah deh nginep di station juga (tetep mental indo
kebawa), gak, gak gitu maksudnya kok... jadi pas mau keluar station, kan kita
disuru tempel lagi kartu untuk membuka pintu otomatis. Tapi kok setelah mencoba
berkali2 gak kebuka juga. Wah... tengsin bingits nih diliatin banyak orang.
well, akhirnya gw beranikan diri ke petugas yang berada di sebuah kotak ruang
kaca. Dia menyapa duluan dengan bahasa thai “owjeuhugjw”. “Sorry, i cant speak
thai...well, i dunno whats happening...the door is sensi to me, maybe she’s on
PMS, so the door still close anyway”. Panjang lebar gw jelasin, dan petugas
tadi pun hanya senyum dan nanya gw naik dari station apa tadi, walhasil ternyata
gw kurang bayar tiketnya. Harusnya tadi gw bayar langsung dari Victory ke
surasak. Sementara gw hanya bayar dari victory ke siam sebagai tempat transit.
Hal ini gw lakukan karena gw kira semua masih manual dan berfikir akan ada
kondektur atau calo atau petugas diujung lorong gelap yang narikin uang
kekurangannya. Well, this is bangkok dude, not jakarta. Phew...
Setelah keluar
surasak, gw ikuti arahan dari yang gw pelajari selama seminggu sebelum
keberangkatan ke BKK. Yep, menurut ilmu itu, station surasak deket ke SAPHAI
PAE HOSTEL. Cuma jalan kaki 5 menit, dan tara.... hostel yang didominasi warna
kuning pun sudah tampak di pelupuk mata. Tepat jam 14, jam disaat check in.
Setelah cek in dan dapet kunci (berupa kartu loh, canggih kan) gw pun menuju
lantai 4 dengan kamar yang dihuni 6 orang khusus cowok.
 |
akses wifi di hostel ini. jangan sampe ilang... |
 |
sedikit sneak peak suasana kamar dorm saphai pae hostel. |
Wih, hostel yang nyaman dengan kasur yang empuk, selimut tebel dan wifi kenceng. Tahu kalo wifi bisa di pake, maka gw pun segera membuka LUMIA dan menyingkap GPS yang masih belum terbuka jelas. Yep, peta buta telah terkuak dan gw siap menjelajah bangkok...
 |
tiket menuju observation deck baiyoke sky hotel |
#baiyoke sky
hotel, #siam, #platinum fashion mall
Setelah
menunaikan kewajiban sebagai muslim, beberes sedikit, dan charge HP seperlunya.
Gw siap2 untuk eksplor BKK jam15.30 WIB (Waktu Indonesia –yangberlakujugabuat-
Bangkok). Oya, gw janjian dengan Anna,orang jerman yang berangkat dari jakarta
bareng di Baiyoke Sky Hotel jam 15-16. Makanya dari tadi menunggu juga email
dari dia, tapi tak kunjung ada yang baru. Well, terakhir kontak, kita janjian
di cafe baiyoke lantai 87. So, gw pun menuju kesana.
Jalan menuju
baiyoke cukup mudah sebenarnya dari hostel gw yang berada di SILOM area. naik
BTS, turun SIAM, dan jalan kaki (ternyata cukup jauh dan melelahkan dampe
keringat membasahi tubuh). Maklum bkk sama panasnya dgn jkt. Oya, sepanjang
jalan siam, banyak banget demonstran yang mendirikan tenda, untungnya saat itu
lagi damain, jadi wisatawan bisa lenggang dengan tenang. Sebelum ke Baiyoke, gw
melipir ke KBRI BKK, dan numpang foto di depan logo KBRI (foto khas WNI yg ke
nagri). Lanjut jalan ke baiyoke lewat gang2 kecil (tapi teratur dan gak kayak
gang ala2 jakarta yang becek dan eyuhhhh) dengan bantuan GPS lumia tentunya.
Perasaan was2
mewarnai, maklum anna orang jerman, udah pastion time, dan malu banget kalo gw
telat lama. Oya, BAIYOKE itu gedung tertinggi di bangkok, jadi dari jauh kita
gampang banget ngelihat penampakannya. Dan setelah semakkin dekat, langkah gw
percepat (sambil fot2 di kaki gedung baiyoke) dan bahagia ketika menemukan
pintu masuknya.
Well meski
menyandang gedung tertinggi, tapi gedung ini ga sombong. Dalam arti bukan
berada di distrik utama (sepertinya) karena jalan aksesnya pun bukan jalan
lebar atau protokol (analisis dangkal saya). Dan harga tiket masuknya murah,
Cuma 300 THB. Plus gratis air mineral dengan botol berbentuk gedung BAIYOKE SKY
HOTEL yang bisa di ambil di cafe lantai 87. Plus (masih ada) pemandangan
bangkok 360 derajat dari ketinggian lantai 88 (entah berapa meter).
 |
new friends, intimate comes |
Dengan tergopoh2
gw naik ke lantai 87, dan segera menuju cafe. Sesudah menukar minuman, gw
celingak celinguk mencari sosok anna. Gw pun bertanya pada pelayan disana
dengan menyebut ciri2 ana. BULE, RAMBUT SEBAHU, PUTIH (YAIYALAH BULE JERMAN),
DAN TATTO KUPU2 DILEHER BELAKANG. Tapi sang pelayan nampaknya gak melihat
sesosok yang gw gambarkan tersebut. Saat itu waktu menunjukan pukul setengah
lima lebih. Dan gw khawatir anna kecewa karna gw ngaret parah... well, dengan
gontai gw lanjut foto2 (lohhhh) di lantai 87 sebelum naik ke puncak lantai 88.
Nah di lantai 88 ini lah gw kembali menemukah harapan untuk menemukan anna.
Siapa tahu anna sudah teronggok di observatorium deck yang berputar sambil
menunggu gw dengan seikat bunga. Tapi ternyata gw tak juga menemukan dia.
 |
me and anna |
 |
me and adam
|
Kembali terkulai
lemas, gw hanya bisa menikmati angin semilir khas ketinggian 88 lantai, sambil
ngeringin kaos yang basah berlumur keringat.
Dalam kesendirian gw dihampiri sesosok pria bule yang ternyata minta
difotoin. Grrrr..... dengan berbaik hati gw memfoto dy, dan keakraban pun
terjalin. Dia ADAM KLAUSS dari polandia. Sehabis ikut proyek di kamboja dia
sempatkan main ke BKK sebelum balik kampung esok harinya. Kita pun ngobrol
ngalor ngidul di atas ketinggian sampe hampir sunset, romantis kan....
(heuuuuu).
Saat asik2
ngobrol, tetiba suara seseorang mengagetkan kita... “ferryyyyyyy”
Ya, anna,
akhirnya dateng juga tuh mpok satu. Tapi kali ini dengan seorang pria (suara
penonton: ohhhhh #miris). “Sorry im late” sahut anna. Yep itu adalah jam 18
kurang beberapa menit, pas sunset lah... tapi kita janjian jam enam kan, kata
anna dalam bahasa inggris tentunya...
Wah, ternyata
anna mengirimi saya email lagi buat janjian jam 6 sore/petang. What the....
Well, intimate
comes on that afternoon chit chat. Sampe akhirnya kita berfoto bersama di atas
ketinggian dengan semburat langit jingga khas kota bangkok.
“bangkok lebih
teratur dari jakarta ya” gumam anna yang sudah khatam melihat bangkok 360
derajat dari BAIYOKE SKY HOTEL.
Para bule pun
(kelcuali gw) berpamitan pisah. Anna dan teman prianya mau lanjut party di
sebuah klab,gw di ajak tapi mengelak, karena sadar diri, siapalah gw ini. Adam
pun pamit mau siap2 terbang menempuh langit lebih dari 20 jam menuju poland.
 |
bangkok at nite, so dazzling... |
YEP, malam sudah
tiba. Malam pertama gw di bangkok (puter lagu rossa malam pertama, berasa
saipul jamil dikit2 nyanyi) gw kelaperan lagi. Dan melipir sejenak ke platinum
fashion mall, tapi sayang, jam 20 mall2 sudah mulai tutup sebagai dampak demo
seantero bangkok. Well, akhirnya gw ga
nemu makanan dan lanjut ke SIAM area berharap mendapat sepiring nasi sebagai
makanan pokok yang belum gw temui hari ini (pagi roti + susu; siang ayam +
kentang KFC). Setelah berjibaku dengan banyaknya tenda dan pendemo, gw tersadar
bahwa jalan rama IV (siam) ini dijadikan pasar kaget oleh sebagian besar warga
thai selatan selama masa unjukrasa. Pantesan sejauh mata memandang yang gw
lihat muka2 melayu semua.
Iseng lah
melipir ke sebuah lapak yang menjual sesuatu dengan pejual berjilbab. Pasti
halal saya pun mencoba bertanya apa yang ia jual. Ternyata sup ayam dan ada
nasinya. Omagah, senangnya rasa hati... saya pun memesan dengan harga yang
cukup murah (lupa, sekitar 40 baht atau 15 ribu lah). Dan lebih sureprice nya
lagi, suami sang penjagal eh penjual menyapa bisa bahasa indonesia, tentunya
setelah saya terangkan kalo gueh anak gaol jakarta aseli tasik.
 |
meskikucel, tapi masih niat pose di depan maket baiyoke |
Ngalor ngidul
ngobrol, ternyata datuk yang satu itu pernah kerja sebagai relawan pas merapi
meletus tahun 2010 (gak yakin tahun berapa sih, saking seringnya merapi
meletus) lalu . pokoknya disini terjalin obrolan hangat, apalagi kita sesama
muslim (terharu bertemu sodara anak cucu adam). Pak cik ini pun bercerita kalo
banyak orang dari selatan thai ke BKK selama masa demo. Mereka petani dan
sebenernya ingin menuntut kehidupan yang lebih baik juga. Apa pasal? Karena
selama ini (yingluck memerintah) harga pupuk di klaim naik, dan hasil pertanian
di hargai murah. Begitu intinya... setelah menerima curhatan panjang lebar akhi
ini (ketahuan gw lupa nama narsum yang satu ini) gw pun berpisah karena udah
jam 21 lewat dan takut gak ada BTS. Sebelum naik ke BTS siam, gw pun sempet
membeli beberapa cindera mata untuk diri sendiri (kaos), adik, dan mantan.
Hoho...
Lelah seharian,
hari ketiga ini gw tutup dengan mandi air hangat di hostel dan tidur dengan
kasur empuk, selimut tebal dan AC super dingin,,... nite...
Rincian biaya:
ah sudahlah, toh murah ini kok. Baiyoke Cuma 300 THB (100rban), makanan Cuma
berkisar 15-20 ribu. Dan oleh2 kaos Cuma di bawah 100 ribu. In conclusion bkk
bersahabat banget di kantong.