Akhir april 2015 (sorry for being very late posting), saya baru saja
menyelesaikan solo backpacing luar negeri, masih di negeri tetangga sih, ASEAN
(mumer tanpa visa). Yep, SINGAPORE, SINGAPURA, SINCAPOH, SINGAPURE, SGP, SG
atau apapun lah apalah apalah.
Yep, setelah 2014 ke Thailand,
maka hasrat ngebolang dinegeri seberang pun kembali memanggil. Dan tatkala
melihat promo dari low cost carrier ternama yang menawarkan tiket PP JKT-SGP seharga
650 ribu... maka gw pun tak ragu2 langsung pencet tombol booking.
Kenapa akhir april, yep karna ini
adalah momen gw berkarier di statius tv biru tepat 3 hari menjelang 3 tahun.
Ribet yah. Intinya mau merayakan dan memberi hadiah pada diri atas kerja keras
selama ini. Maka jadilah 26-28 april terpilih sebagai tanggal beruntung gw
melanglang ke SG. 3 hari dua malam? Gak terlalu pendek? Hm... kalo untuk
eksplorasi kota, cukup lah. Secara gw punya tujuan yakni memperdalam sejarah
singkat dan memotret keajaiban arsitektur singapura.
Yep, sejarah... yang muncul di
benak adalah bagaimana rafles mewujudkan pulau mungil ini menjadi salah satu
pusat keuangan dunia. Bagaimana masyarakatnya yang multi etnis dapat saling
berdampingan dan menjadikan negara yang super teratur, bersih dan modern. Last
but not least, hunting gedung2 atau
ikon2 unik sincapoh yang memang rerata buatan manusia, tapi jadi daya tarik
utama negeri ini.
Weis... jadi berat banget bahasannya...
well, lets roll the vinyl... here is my daily momories in sincapoh...
Day 1, Sunday April 26 2015
Hari yang ditunggu pun tiba. Gw
berangkat pagi2 sekitar pukul 9 pagi, setelah beberapa menit nonton acara
favorit My trip My adventure, karena pesawat baru berangkat jam 11.20. dengan
asumsi minggu gak akan macet, maka gw perkirakan nyampe jam 10. Dan ternyata
kurang dari jam 10 sudah nyampe T3.
So, untuk tahun ini gada drama
lupa bayar taksi, atau buru2 karena waktu mepet... tapi karena ga ada drama
maka perjalanan awal pun dirasa garing krik krik. So, ceritanya udah sampe lah
ya di spore...
Tiba di terminal 1 singapore, gw
bak kabayan yang mendarat kan kaki di negara maju (emang sih). Mata terperangah
dan kepala terngadah dengan secuil citra negara ini yang dihadirkan bandara
Changi. Bersih, pelayanan maksimal, segala fasilitas ada. Dan... ada hal2 yang
bisa membuat pengunjungnya berdecak kagum. Seperti tetesan air magic ini...
sebuah instalasi seni yang menyerupai tetesan air hujan
Setelah dengan noraknya (sambil
lepas sandal di bandara changi, ya gak lah...) gw pun memberanikan diri menuju
pusat kota dengan MRT. Gw mengeluarkan kartu Singapore Tourist Pass hasil
pinjeman kaka Thofiq (yang tempo hari ajak jalan2 di bali, campers handalan
MetroTV) yang saldo nya masih melimpah...
Nah, sebelum masuk platform, ada
bule cantik eropah yang nampaknya kesulitan, maka gw pun datang sebagai
pahlawan... oh... ternyata dy gak punya STP atau EZ card, akses buat naik MRT.
Tapi dia harus beli secara manual, maka gw bantulah ia, dan akhirnya kita
berada di kereta sama sampai ke kota. Ngobrol ngalor ngidul, ternyata dia dari
German (again and again, cewe yang gw temui orang jerman). Dan di tengah
perbincangan yang diselingi ujan deres dan petir di luar kereta, dia syok...
syok KARENA JATAH CUTI TAHUNAN GW CUMA 12 HARI. Padahal itu hal normal bagi gw dan mungkin karyawan lain di bumi
pertiwi.
Dia bilang kalo jatah cuti tahunan
di jerman bisa 30 hari atau lebih, belum lagi libur kalo musim dingin atau
panas ekstreem. Apa libur yang panjang merupakan salah satu syarat negara maju
ya? Boleh deh indonesia cobak kalo gitu...
Well, gw dan Sabrina (nama gadis
itu) pun berpisah karena tujuan akhir yang merupakan tempat hostel kita
berbeda. Gw di matraman ia di kota kembang, eh salah.. gw turun di Raffless
place dan ia di china town.
Hal yang bikin gw terperangah
lagi, ketika turun di St. Raffless place, kondisi statsiun sepi. Kalo bersih
mah udah biasa keles di negeri om Lee Hsien Loong inih. Selain itu, CCTV disini
ada dimana2 men, entah tiap 2 atau 3 meter... ya, ini untuk memantau jikalau
ada yang buang sampah, makan permen karet, dan buang sial juga kali ya...
Akhirnya diri ini naik ke
permukaan tanah, FYI MRT statiun Raffless ini di bawah tanah loh... dan yang
bikin kaget, gw pas naik ke permukaan tanah langsung melihat gedung2 pencakar
langit, yang adalah UOB plaza 1 dan 2. Dan selain itu yang bikin gw kaget (kagetan
mulu dr td) adalah hujjan masih mengguyur dengan lucuk nya... waduh, terancam
gagal nih JJS gw di singapure...
Tanpa mikir panjang gw bingung
mencari Prince of Wales hostel (POW) yang katanya deket dr stasiun... setelah
buka GPS dan muter2 gw berhasil liat jalan kecil yang ternyata adalah Boat Quay
menuju ke POW. Yippie...
Setelah cek in dan ibadah,
ternyata hujan pun reda. Dari pada menunjukan kebahagiaan dengan menari2 di
kamar hostel, mening gw langsung keluar dan JJS. Yess, di sekitar hostel gw aja
udah banyak spot2 yang memang ingin gw kujungi. Mulai dari diorama sejarah
singapore di sepanjang singapore river banks, asian civilization museum,
cavenagh bridge, dan raffless landing statue.
ini adalah salah satu diorama cerita sejarah awal singapore
Cavenagh bridge
diorama para pendiri singapura yang terdiri dari etnis Melayu, Tionghoa dan British
patung anak2 singapura jadul yang konon senang mandi di kali spore. kalo di indonesia mah sekarang masih ada, tengok aja kali ciliwoong
Setelah puas keliling dan ambil
foto, langkah kaki gw lanjut ke kawasan esplanade / merlion. Jalan2 disini
nyaman, meski cuaca panas mendera dan bikin cepet aus, tp pedestrian luas
membentang, bersih tiada tara di semua sudut. Dan banyak tempat nongkrong buat
masyarakat tanpa biaya alias gretong.
Beberapa spot memang harus bayar,
misal naik singapore flyer, tapi ngapain mesti bayar dan naik kalo rasanya sama
kayak bianglala dan kita udah sah kesana hanya dengan berfoto di bawahnya, yang
mana merupakan lintasan balap F1 night race singapore. Ah... gratis yang
berkelas ini namanya...
Sepanjang area esplanade, merlion,
sin flyer, mata di manjakan dengan keindahan artifisial. Yap, banyaknya
bangunan ikonik ciptaan manusia, menjadi kelebihan singapura. Maklum mereka
benar2 mengapilkasikan prinsip arsitektur, lahan sedikit untuk manfaat yang
maksimal.
Ada the float yang merupakan
lapangan terbuka di atas muara sungai singapura, ada marina bay sands yang
dihubungkan dengan jembatan Helix yang keren bentuknya, ada panggung
pertunjukan gratis di luar esplanade yang waktu itu tema pertunjukannya jazz.
Di hari pertama aja gw udah terpuaskan dengan kehebatan negeri singa dari segi
arsitektural. Sebagai pengagum gedung2 tinggi, gw cukup puas melihat sky line
negeri ini.
Menjelang malam, gw main ke daerah
suntec city buat lihat air mancur menari, sekalian nyari makan. Suntec itu mall
terbesar di spore, dan ada atraksi air mancur yang lumayan lah, Fountain of
wealth namanya... gw pun makan d Mcd setempat buat mengusir laper. Maklum
seharian hampir jalan kaki dari keluar hostel sampe suntec. Well, ada
pertunjukan lain dan gratis yang gw kejar. So, gw kembali merapat area merlion
“lasser show di marina bay sands”.
Biar lebih afdol gw nontonnya di bawah patung merlion. Yang udah lumayan penuh
muda mudi. Pertunjukan ini berlangsung dua kali semalam, jam 20 dan 21.30. gw
nonton yang 21.30. sebenernya biasa aja sih pertunjukan lasser, tp mereka
mengemasnya dengan ciamik, dengan latar belakang gedung marina baysands, lautan
sekitar singapur, dan kerlap kerlip lampu yang aduhai, maka semua orang terpana
dengan romansa yang dihadirkan. Halah... nih liat kalo gak percaya...
Day 2, Monday 27 april
Hari kedua, gw ingin membuktikan
sekali lagi kalo negeri ini bisa memaksimalkan sumber daya alamnya yang
terbatas untuk hasil yang maksimal..
Maka bertolak lah gw ke sentosa
pagi2 buta itu... men, jam 7 masih sepi, gw dengan riangnya lalu lalang di MRT,
dari stasiun Clarke Quay ke harbour front. Turun di harbour front gw naik ke
permukaan tanah (bahasanya...) dan mendapatkan fakta bahwa gw ada di mall VIVO
LA VIDA, EH VIVO CITY. Yep, dari sini ada banyak cara menuju ke sentosa yang
jaraknya selemparan barbel.
Mau naek monorel bisa, kereta
gantung bisa, bus bisa, atau yang GRATIS ala gw juga bisa. SENTOSA BOARD WALK. Arean jalan kaki ini buka dan free of charge
sampe 31 des 2015. Lumayan lah itung2 joging pagi, dari vivo ke sentosa makan
waktu 30 menit (karena foto2 dan leyeh2 dan bobo2 dulu).
Sampe di sentosa, lo akan ngerasa
kayak di resort kelas dunia (namanya aja resort world sentosa, ya iyalah
per...)
Disini kalo bisa free, ngapain
ngeluarin uang. Yang ngeluarin uang nih ya (dan gak gw lakukan) masuk universal
studio singapore (USS) yang berkisar 700rban,, museum madam tussauds, dan tiger
sky tower, trus masuk ke mulut Merlion sentosa... oya nginep di resort2 sentosa
juga bayar loh, dan mahal2 rata2... FYI
aja.
Nah yang gratis2 nih, ada berfoto
di depan USS globe, berfoto di depan merlion sentosa, dan main2 di pantai2.
Yep, jangan salah loh negeri ini punya pantai pasir putih, yang sekali lagi,,
artifisial alias reklamasi alias buatan
manusia. Kalo urusan pantai, negeri kita masih juarak dah... here some of my madness in sentosa...
Puas keliling sentosa ampe betis
hampir pecah, gw memutuskan ke destinasi mengagumkan yang udah jadi inceran gw
sejak lama. Entah kenapa penasaran aja sama tempat atau objek ini.
Sebuah jembatan melintang
sepanjang hampir 1 kilo dengan ketinggian dari tanah 33 meter. Cetek? Lo harus
coba dulu berjalan di atas jembatan yang menghubungkan Mount Faber dan bukit
Telok Blangah ini. Terbuat dari baja dan kayu merbau atau balau, jembatan ini
pernah jadi lokasi video clip salah satu band indonesia, tp gw lupa... yg jelas
pernah ada.. mohon inpoh yg inget.
Jujur gw ga sampai khatam melewati
jembatan ini, karena keburu mendung dan agak gemeter pas tengah2 jembatan dan
liat ke celah jembatan yg terbuat dr kayu, maka nampak terpampang jelas kondisi
jalan raya di bawah kaki kita. So, gw mutusin balik dan menyepi di mount faber
park. Yep, mount faber ini salah satu alam yang tersisa di singapor dan sungguh
terawat baik. Hutan tropis dengan jenis2
khas seperti merbau, balau, dan pohon2 lain membuat perjalanan menuju vivo city
menjadi nyaman dan adem. FYI sebelum ke
sini, gw lewat jalur berbeda yang hampir di atas pedestrian semua. Dan jalur
motong mount faber ini ternyata lebih pendek dan ADEM.
So, bisa terbukti kan sisa2 alam
di singapura bisa berdampingan dengan kemajuan arsitektural negara ini.
Hari kedua nampaknya menjadi hari
yang panjang tapi gak melelahkan. Gw lanjut ke kawasan china town. Dan hujan langsung menyambut sebegitu gw
keluar dari st. China town. Maka kaki pun merapat ke sebuah tempat berteduh
yang ternyata itu adalah Budha Tooth Relic temple. Kawasan itu sangat meriah
dengan berbagai pernak2 khas tionghoa (ya iyalah namanya juga tionghoaan,
pengganti pecinan). Bangunan kuno bergaya china dengan lampion2 perayaan 50
tahun negeri singa menjadi paduan warna2 menyerang mata yang seru.
SCHOCKING FACT!!!
Gak semua tempat di singapur
bersih, pas gw coba toilet di St. China town ini, kotor bin menjijikan. Ada
toilet yg belum disiram dan, ah... sudahlah tak perlu di lanjut...
Selain budha tooth relic, disini
ada tempat ibadah lain yang gak kalah masyhur. Yep, Sri Miriaman Temple. Kuil
hindu yang dipenuhi ras india justru berada di tengah2 area pecinan, eh
tionghoaan. Membuat warga negei ini hidup rukun berdampingan meski beda ras.
Oya, di samping sri miriaman ada puluhan penjual pernak pernih, yang menurut gw
lebih murah dibanding di kawasan lain, lets say little india atau bugis
sekalipun.
Karena perut laper, dan pengen
nyari makan khas yang halal, maka gw melihat plang maxwell food court di depan budha
tooth relic. Maxwell saat itu penuh banget oleh para karyawan necis karena
selepas jam maksi dan mungkin mereka masih terjebak sehabis ujan. Well, pilihan
makan siang gw jatuh pada NASI LEMAK dan jus kedondong. (udah jangan pake kata2
kedondong buat pantun). Sambil pesen gw iseng2 ngobrol dengan penjual yang berpeci.
Dan ternyata buyut2nya dia orang pemalang, jateng. Woalah... dan dengan bangga
bapak itu pun punya banyak langganan orang indonesia yang kalo ke spore selalu
menyantap nasi lemak dia. Well, kagum sama bapak yang masih berupaya berbahasa
indonesia logat melayu ketika tahu saya dari jakarta.
Puas di china town, spot yang
menjadi target gw selanjutnya (masih ada, gile masih di hari kedua loh ini)
adalah Bugis. Yep, area yang menjadi kawasan muslim singapura karena terdapat
banyak mesjid dan sekolah islam. Begitu keluar stasiun aja gw udah meliihat
banyak anak2 madrasah. Sesaat sedang jalan, gw pun di samperin seorang wanita
perempat baya
“hello sir, do you know where haji lane is...” tanya ia dengan nafas
terengah2
“oh, im heading to haji lane also.
Lets go together...” jawab gw sok cool
“ok, wo where you from, filipin?”
“nope indonesia...”
“Ya elah, sama dong kita... udah
ngomong indonesia aja...”
Pecah lah tawa kita, sampe
akhirnya tiba di haji lane yang kalo istilahnya mah gang doang. Tapi apa sih
istimewa nya gang senggol ini. 1, ada banyak karya seni berupa grafitti yang
gak asal coret2an tembok. 2 ada banyak butik2 dengan karya hasil desainer muda
singapore. 3. Ada banyak cafe2 buat nongkrong cantik dan ganteng. Konon
katanya, ada es krim yang enak. Cuma gw ga sempet nyoba, karena kesorean.
Well, puas foto2 gw dan mba aduh
lupa namanya pun berpisah. Gw lanjut ke mesjid sultan sekalian solat, boru x..,
(yg gw inget dy batak) lanjut ke rafles buat ketemu rombongan padua suara
gerejanya...
Haji lane is young adult's favorites
beberapa penampakan sudut arab street dan kawasan bugis (sekitar mejid sultan)
Dan, ini lah masjid sultan, yang
menentramkan hati, tapi sayang lagi di renovasi, jadi sebagian pesonanya masih
terbungkus material renov. Selesai solat gw mencoba menjelajahi area bugis dan
kampong glam ini. Mulai dari jalan2 nya yang diberi nama kota2 timur tengah semisal
muscat, kandahar, baghdad... dan mencoba melipir juga ke mesjid hajjah fatimah.
Melihat sejarahnya namun ga bisa masuk karena gw enggak pake celana panjang
alias pake celana pendek. Hm... beda ya peraturannya sama mesjid sultan. Karena
suasana panas dan bikin cepet haus, gw memutuskan nongkrong di kampung glam
cafem=, yang menurut blog2 yang gw baca sebelum kesini, patut banget buat di
coba. Meski pada akhirnya gw hanya icip teh tarik. Tapi, beuh teh tarik nya
bener2 otentik, beda sama yang biasa kita beli di jakarta. Beda suasananya,
maksudnya. (ditabokin pembaca, kalo ada yang baca itu juga)
Sore2 menjelang gw memutuskan
kembali ke hostel buat istirahat sejenak. Pegel gila nih betis di ajak pusing2.
Malam menjelang, gw mau jadi anak
gaul singapore dan mejeng2 ganteng di clarke quay. Yep, inilah kawasan
foodcourt terutama seafood paling mukul di singapore. Dari hostel gw cukup
jalan kaki sajah, dengan dihibur pemandangan seni jalanan di terowongan bawah
tanah buat menyebrang ke area CQ, dan juga ada jembatan2 yang bermandikan lampu
LED berwarna pelangi yang endah.
CQ ini kaloditilik2 mirip sebuah
kasino. Ada bar2, cafe dan air mancur menari. Tetep yang jadi jualan disini ya
yg artifisial. Tp yg kembali mengaggumkan dr sisi arsitektur ialah,
bangunan2disini merupakan ruko2 (shop house) ala tionghoa jadul yang masih
dipertahankan. Jadi sepanjang BQ dan CQ itu memang jadi area shophouse ala
chinese yg masih bertahan di tengah gempuran gedung pencakar langit spore.
Day 3, Monday 28 april
Hari terakhir, gw gak mau sia2kan.
Bangun pagi2 banget gw langsung menuju mustafa center, pusat belanja 24 jam di
kawasan little india. Karena jam cek out jam 11, gw udah packing semua barang2
dan niatnya mau di titip di lobby. Tapi ternyata lobby jam 7 masih tutup, dan gak
ada orang sama sekali. Melengganglah gw ke Little India.
Mustafa ini ternyata tidak terlalu
besar, mungkin seukuran mangga dua, dan
ada beberapa blok. Tiap lantai menjual barang2 berbeda sesuai tema. Misal
pakaian pria dan wanita di lantai1,lantai dasarnya aneka camilan dan suvenir.
Yang pasti hampir semua panjualnya etnis india. Yah namanya juga mustafa, yang
konon berasal dari nama pemilik dan pendiri pusat perkulakan (bahasa apa ini) yang
memang etnis india gitu...
SCHOCKING FACT!!!
Setelah gw bandingkan harga
suvenir dari berbagai kawasan (china town, bugis dan terakhir little india)
ternyata yang paling juarak (mureh) adalah china town. Selain itu jenis
barangnya lebih beraneka ragam dan bisa di tawar. Dan mereka pun bisa berbahasa
melayu dengan baik.so rekomen gw, carilah oleh2 khas singapore di China town.
Balik hostel sekitar jam 2 (wah
telat dong). Karena gw sempatkan dulu potong rambut di salah satu stasiun
karena aseli singapur panas banget dan gw tertarik dengan hasil potongan rambut
para pria yang abis kelar di potong disana. Hm...
Oya sang pemilik hostel dengan
agak sinisnya bilang
“youre late, the check out time is
at 11.”
Gw bales aja
“situ oke” eh salah “yess, sorry
but i came here on 7, and youre still close. So i went to little india and
orcard. And i put my luggage on the bed, so it ist a big deal rite?”
Dia pun agak bete tp mungkin
penjelasan gw logis dan bisa diterima. So setelah hanya ambil tas, gw pun turun
lagi dan menitipkan nya di lobby karena masih ada satu tujuan lagi... ya masih
tersisa satu tujuan...
MARINA BAY SANDS...
Setelah hampir 30 menit
perjalanan, gw tiba di MBS. Kasino? Bukan. Belanja? Bukan. Berenang di kolamnya
yg hits? Bukan juga. Tp tujuan utama gw adalah naik ke observatorium deck, buat
melihat panorama SG dari ujung bibir perahu di atas MBS ini. Tanpa banyak kata
inilah kecantikan SG dari ketinggian puncak MBS, yang perlu merogoh kocek 21 SDG. Satu lagi
keunikan arsitektural negeri mungil ini yang saya sambangi.
im on top of the world... (sambil bersenandung)
terakhir sebelum balik indo, gw sempatkan memotong rambut di barber shop stasiun MRT Rafles place
after hair cut
Well, meskiterdengar mainstream,
banyak sisi singapura yang masih menarik untuk di eksplor dan ga bosen untuk
dikunjungi meski negeri ini terdengar paling sering jadi tujuan pelancong
indonesia...
sekian, lots of love
Ferry
Penasaran dengan Henderson Waves, tapi belum kesampean. 😌😌
BalasHapus