Rabu, 07 September 2016

PAPUA, WONDER OF NATURE


panorama Danau Habema yang diabadikan oleh fotografer koran dengan oplah nomor satu di negeri ini.



Papua, wonder of nature. KEREN GA SIH GW KASIH JUDUL... 
(oke mulai serius)


Tak pernah terbayangkan jikalau saya akan menginjakan kaki ketiga kalinya di bumi cenderawasih.
Dua orang teman saya yang sedari lama bermimpi dan berangan ke Papua, bahkan belum merasakannya. (colek genit : iftor dan maulin). Padahal dari dulu belahan bumi Indonesia yang ingin saya pijak dan ngebet adalah Lombok (cita2 dari SMP kelak mau bulan madu kesini), Maluku (pengen kayak artis2 renang di Ora resort), atau aceh (keren aja, melihat pariwisata aceh yang bangkit setelah tsunami). Alhamdulillah Lombok dan Aceh sudah, meski hanya sekilas. Tapi Papua, selalu berkesan, lebih dari 3 hari tinggal disana setiap kunjungan (kerja). Ah, so, this is my third journey to the wonderful Papua, specially Wamena.

Saya kembali ditugaskan untuk meliput 17 agustus di daerah. Setelah 2013 di perbatasan Indo – malay tepatnya di blok... duh lupa namanya, 2014 di Timika, maka 2018 kembali ke papua, Kabupaten Wamena tepatnya. Ngapain, ya meliput 17 agustusan disana. Di daerah paling timur Indonesia. Tapi biar gak biasa, ada Gimmick demi layar lebih menarik.
Beda dengan tahun2 sebelumnya, tahun ini perayaan 17 agustus di daerah diwarnai aksi membentuk formasi 71, dan diambil dengan video udara atau drone, jadi makin ciamik kalo disajikan di layar. Tapi,.. ah sudahlah, saya ga akan cerita dibalik layar yang sebenarnya menguras darah dan air mata. Mungkin hanya sedikit.


Bandara Wamena. oya, sudah didarati pesawat besar airbus lho...
Wamena
Ibu kota kabupaten jayawijaya ini, berada di wilayah pegunungan tengah papua, atau rangkaian pegunungan puncak jaya. Bayangan saya bermacam2 akan kota ini, mulai dari suhu nya yang dingin (karena berada di ketinggian 300 mpdl), masyarakatnya yang masih berpakaian tradidional seperti koteka, hingga penerbangan perintis dan bandara seadanya sebagai penyambut pertama saya disana.

Prang…. Tapi bayangan2 itu sirna. Mendaratkan kaki pertama kali di BAndara Wamena, saya terperangah. Bandara sudah dengan bangunan modern, atap baja, dinding kaca, dan untuk mempermanis bandara, tersedia foto2 khas papua yang dipajang di area kedatangan. “now I am in this wonderfull island, papua…” gumam gw dalam hati (gaya beut, bergumam aja sok pake bahasa enggres).
Keluar dari bandara saya menikmati jalanan yang sudah berasapal, dan mengejutkannya, ada sejumlah becak disini, yang dikayuh oleh orang papua. Kata teman2 TNI yang menjemput kami, becak2 itu peninggalan pendatang dari jawa yang dulu banyak disini, akhirnya setelah kembali ke Jawa, becak2nya pun diinvetarisir oleh orang local, sebagai mata pencaharian.

Dingina, tak juga, langit Wamena selalu cerah dengan langit biru nya yang selalu terbelalak. Hangat bahkan. Warga nya ramah dan selalu melempar senyum. Bergerak sedkiti ke wilayah luar wamena, kita masih bias melihat sesekali pria hanya dengan koteka, sementara kaum wanita, kebanyakan sudah berpakaian lengkap.

dua cameramen saya, girang bukan kepalang berfoto dengan anak2 papua, dan honai sebagai background

Oya, ekonomi di Wamena ini unik, semua pasokan makanan atau barang2 lainnya di pasok melalui udara, that’s why harga disini selangit, dua bahkan tiga kali lipat daripada harga Jakarta atau pulau jawa. Hm, itusebab saat ini sedang digenjot pembangunan jalan Trans Papua, yang menghubungkan kota2 di pulau ini. Rencananya nanti Mimika dan wamena dapat terhubung. Cek peta aja broh, biar tahu papua itu gede banget dan kalau ada jalan bakal dampaknya gede banget juga buat perekonomian disini. (meme angels).

Soal spot2 terbaik, ya salah satu yang sudah mendunia adalah lembah baliem. Setiap agustus disini ada festival budaya lembah baliem, katanya turis asing lebih banyak disbanding turis local Indonesia, karena selain memamerkan budaya atau tariang perang antar suku, proses nya aja udah photo able yang instagram able. Gitu… (pegel nulis able2 an)

Selain itu, tradisi yang masih terjaga hingga saat ini yaitu, bakar batu. Eits, ga hanya sekadar batu yg dibakar, tapi biasanya ada daging babi, sayur dan ubi. Ya kalo di jaw amah ini kayak tumpengan gitu, sebagai wujud syukur. Nah karena kemaren bertepatan dengan 17 agt, maka bakar batu yg berharga 100 juta rupiah, diadakan. Uang 100 juta ini 25 sumbangan dari pemkab, 75 juta nya lagi urunan dari warga.  No wonder, karena harga 1 babik bias mencapai 25 jetong. Itu babik nelen emas ya? Atau digelonggongi oleh cairan platina? No, emang babi itu adalah hewan yg mahal kalo di papua, apalagi kalo bentuk nya montok2.


seorang ibu dan bayi nya. bayi ini dimasukan ke dalam hanoken (tas tradisional untuk para wanita), jangan khawatir, justru tas ini membuat bayi nyaman dan hangat.

Eits, kalian pasti mikir saya ikut makan, enggak sih… meski sempet ngiler banyak (sambil usap iler)… baiknya, mamak2 juga sudah menyediakan ayam khsusu buat yang muslim. Horray… jadi kita makannya ubi, ayam. Udah super kenyang.

Satu yang jadi kebanggaan saya sebagai orang Indonesia (cie, akhirnya…) adalah betapa negeri ini sangat besar, tapi butuh usaha ekstra juga untuk menjaga nya. Mereka saudara2 kita di papua sudah sangat senang dengan perayaan khas 17an, maka sudah sepatutnya mereka juga di beri jatah kue buah pembangunan. Pembangunan jalan transpapua adalah salah satu bentuk nyata. Jadiin ya pak jalnnya sampai kelar, jangan mogok di tengah jalan…

Sebagai pembanding, dulu warga dari distrik mbua di kabupaten Nduga (sebelah barat kab, jayawijaya, perlu jalan kaki 40 hari dari Wamena ke Mbua. Padahal keperluannya hanya beli baju misalnya, karena di Mbua masih berupa distrik kecil. Nah sekarang, sekarang… ayo tebak jadi berapa hari, (kalo jalan kaki. FYI jalan kaki itu hal biasa buat mereka men, hebat ga…). Sekarang setelah ada trans papua, Mbua – Wamena jadi hanya 4 HARI SAJA DENGAN BERJALAN KAKI.  (prok prok prok). Jadi, secara matematis satu persepuluh kali lama perjalanan bisa di pangkas.

Oya, sebagai anak hutan (sarjanan kehutanan, literally). Saya bangga bias menginjakkan kaki di Taman Nasional terbesar dan terlengkap di negeri ini. TN Lorentz. Ya, kawasan ini membentang luas dari pegunungan tengah papua, hingga bagian selatan atau perut pulau berbentuk burung ini. (cek aja maps broh). Disini ada Danau Habema, trus ada beberapa kali terlihat gunung yang diseimuti sesuatu berwarna putih (yang saya duga itu salju). Keren deh pokoknya. Karena tak bias berkata2 endah, langsung cek foto2 nya aja ya gans…

sesekali nampang ya, (pake seragam pula, duh...). ini pelangi sehabis hujan di salah satu kawasan di TN Lorentz. kece kan?

merah putih dan papua. NKRI.

Danau Habema

Yang ambilin foto ini Juara. padahal seorang gadis kelas 2 SD lho...


Well, selama sekitar 4 hari di wamena, ada beberapa hikmah yang bias saya petik.
-          Kayanya tanah papua harus diimbangi dengan kuat nya perhatian pemerintah pusat pada wilayah ini
-          Salut untuk tni yang membantu dan mengerjakan dari pembangunan jalan Trans papua.
-          Kalau ada uang lebih, main2 lah kesini. Apalagi bagi yang berjiwa petualang.

(ini mah lebih ke testimony ya, bukan hikmah, apaan sih fer…)

Sekian deh corat-coret iseng sebenernya ini bagian dari travelperience series di blog yang JARANG DIUPDATE INI. (Update kalo dapet jalan2 yang jauh… heuh, blogger macam apa gue inih…)


Bye,
Lots of love



Tidak ada komentar:

Posting Komentar