Selasa, 20 Oktober 2015

Travel perience series : me as a presidential journo




Its gonna be the end of the year in a few months.
Dan gw merasa masih minim blogging disini. Sebenernya ada ribuan (lebaii) cerita yang ingin dibagi, terutama cerita perjalanan akhir2 ini. Em... mulai dari menong ya... (jijik sendiri)...

Oke, mulai dari aneka perjalanan bersama kepala negara saja yah.... sekalian memperingati setahun pemerintahan jokowi jk. halah...
here we go...

Mulai akhir Januari tahun ini, gw ditugaskan kantor (ga minta loh, di,,, di tugaskan... catet) untuk ngepos di istana kepresidenen. Ya, apalagi kalo bukan meliput hal ihwal kegiatan Bapak Joko widodo selaku presiden RI saat ini. Well, its a lil bit odd fo me, karna gw tak berstatus mantan (ukh...) wartawan balkot (balai koota) yang selalu meliput Jokowi saat menjadi Gubernur DKI. Tapi tak apalah... maka culture schock pun gw rasakan. Seperti mesti lari2 ambil gambar, nyempil diantara ibu2 spartan yang menyerbu jokowi pengen foto, jadi navigator racing alias ngebut dalam rombongan presiden kalo lagi menuju tempat liputan pake mobil liputan sendiri, dan masih banyak lagi.

Inilah penampakan burung besi sang presiden


Menjadi wartawan kepresidenen, otomatis mendapat kesempatan pulak mencicipi apa yang dialami presiden. Ya yang paling simple jalan2 keliling indonesia lah, karena presiden selalu ada kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah daerah. Yang masih tercatat dalam memori gw, gw pernah ikut jokowi ke beberapa kunker misal tour de sulawesi (Manado, sangiang, majene, mamuju, palu), tour de ngapak-city (purwokerto and tjilatjap), Bandung dan Jatinangor, and last but not least SINGAPORE.
Yang terakhir disebut agak miris sih, karena dari beberapa kunker luar nagri, dewi fortuna berpihak ke gw yang dapet kesempatan ke singapur. Sementara rekan reporter lainnya dapet ke jepang, cina, filipin, papua nugini, arab... fuih... gak apa, rejeki sudah ada yang mengatur. Tapi perlu saya jelaskan, dari 4 reporter yang ada, kami memiliki sistem bergiliran ke Luar nagri. Saya dpt giliran terakhir, dan pas gilirannya ya ke negeri singa... rawr...

Well, kalo kita ikut presiden, ada kalanya kita naik pesawat kepresidenan, hayo... pasti pada pengen naek pesawat ini juga kan? Em... secara umum sama saja dengan pesawat biasa. Tapi as a presidential aircraft, ada beberapa kelebihan. Sini-sini–sini om jabarin satu per satu,,,

1.      Keselamatan dan keamanan nomor wahid.
Ya iyalah, namanya juga ngangkut presiden, ibu negara dan anak2nya yang pernah ikut (kahiyang dan kaesang) sampe menteri2. So sebelum masuk barang2 kita di scan, (sama kali di pesawat biasa juga), dan kalo ke LN kita wajib pake pakaian sipil lengkap (PSL) yakni jas dan dasi. Biasanya pilot dan pramugarinya berbaju ala2 angkatan udara gitu, tapi tetep pramugarinya cantik dan ramah...
Sebelum ke Singapur, selfie dulu...
(ki-ka: Wahyu-kompas; Eduin-NET; Rizki-sindo trijaya; Ninuk-sinar harapan; Edwin arman-CNN indonesia; GW; Ageng-antara)


2.      Makanan tiada henti
Ini nih, yang namanya wartawan kalo dikasih makanan apalagi gratis, pasti ga bakal nolak. Makannanya disajikan oleh katering airlines plat merah, dan terdiri dari welcome drink, main course, hingga cemilan imut dan lucu. Welkomen drink yang paling juarak dan bikin nagih, JUS KACANG IJOOOOOO. Kenapa gw capslok, karena enaknya ga ada yang nandingin, coba deh tanya wartawan yg pernah naik pesawat presiden, pasti setuju kalo jus kacang ijo pesawat ini paling, ah... susah ilang dari lidah. Ngalahin sensasi ciuman pertama...
Kalo main course ya standar, dessert pun juga. Dan ini disajikan terus2an, ya atleast di pesawat kita ga kelaparan. Dijamin.



3.      Presiden, menteri, rakyat jadi satu.
Yep, seperti yang udah dijelasin, disini dari atasan negara sampe rakyat biasa berada dalam satu level. Bahkan kita sering ngobrol2 lucuk di luar kerjaan. Seperti membahas batu akik, membahas makanan daerah tujuan, dan filem2... yuk dilanjut...

4.      Entertainment on demand...
Selayaknya pesawat kelas dunia, pesawat kepresidenan juga mempunyai layar hiburan di hadapan penumpangnya. Selain menyediakan film2 terkini (em... beberapa sih), lagu2 yang di pasang pun lagu2 memory (lah...). semisal dewi yull, broery, tapi ada beberapa lagu kekinian. Oya, dari layar ini kita bisa liat juga kamera pesawat live, baik kamera depan, bawah, sampe bagian dalam. So kita bisa liat saat detik2 pesawat lepas landas atau mendarat, awan di bawah kita, dll... (norak ga sih gw...)
dari angle camera ekor, pesawat di atas Teluk Palu, hendak mendarat di kota Palu


5.      Gak bakalan ada cerita gak dapet kursi
Setiap kursi di pesawat kepresidenan ini sudah dibubuhi nama masing2 penumpang. Biasanya wartawan ada di bagian belakang bersama para paspampres.  Dan semua penumpang pasti dapet kursi. Gak bakalan ketuker tenang aja...


Trus mana cerita jalan2nya per???
Chillax, kita mulei ya... yang pertama dan utama isalah tour de sulawesi. Tur ini kita lakukan bulan Mei. Beberapa kota yang kita singgahi diantaranya Manado, Sangihe talaud (kabupaten paling utara indonesia), Mamuju dan Majene, serta Palu. Tiga provinsi, war biasa kan? Jadi kira2 masing2 sehari di kota tersebut, kita pindah2 aja. Tapi yang paling seru manado. Iya kan udah di jawab, manado. Itu bukan kata tanya loh. (krik).
Kenapa manado paling terkenang? Karena ambience (kayak DJ aja) massa nya paling yahud. Mereka tumpah2 ke jalan saat rombongan presiden meliwati jalanan kota cantik (litteraly) ini. Gw bahkan bisa bikin LOT di tengah kerumunan massa manado (anak2 SMA yg kinyis) yang berebut mendekati presiden yang sedang berenti membagi2kan kaos dan buku. Fuih...
Oya, bisasnya tiap kunker ke daerah, presiden membagi2kan kaos dan buku. Filosopinya sih kalo buku biar anak2 sekolah rajin belajarnya. Biasanya dapet alat tulisnya juga. Kalo kaos, yang biar dipakai dan diinget terus. Gitu kali ya... (dangkal).
Selain itu disini presiden juga bagi2 3 kartu sakti, yakni KIS, KIP dan KIS. Kartu indonesia sehat, pintar dan sejahtera. Biar pinter dan sejahtera, gugling aja ya masing apa beda dan pengertiannya, penulis lg ga mau bahas angle itu...
Di Manado kita juga sempat icip2 kuliner, tentunya di malam hari saat semua kegiatan presiden sudah selesai. Kalo siang boro2 bisa jalan, kerja kerja kerja. Ini aja kita masih beruntung ada satu malam santai dgn waktu yang cukup buat keliling. Oya, dan malam itu pula kita di undang Gub. Sulut Pak Sinyo harry sarundajang makan malam, lupa nama tempatnya, tapi satu yang pasti, makannannya juarak... seafoodnya manado banget...

Sisa dari kunker kepresidenan sama saja ritmenya. Tiba di suatu kota, disambut ala2, pidato, mengecek atau meresmikan project, dll.. oya, gak selamanya kita wartawan pakai pesawat kepresidenan. Jika jarak dekat kita pakai heli, puma atau pesawat jenis lain. Bahkan pernah suatu kunjungan, wartawan berangkat terlebih dahulu menggunakan kereta api. Yess, that was the one to ngapak city, purwokerto and tjilatjap city...


Dan ini mungkin part akhir dari blog ini. Singapore... kunjungan sekira 24 jam di negeri jiran, diisi dengan penandatanganan kerjasama soal e government, temu muka dgn pengusaha singapur dan peresmian anggrek iriana jokowidodo. What? Ya... ada anggrek hasil penelitian di national orchid garden spore jenis baru, yang dinamai ibu negara kita. Selain nama ibu iriana, ada juga anggrek ibu negara lain disini, seperti hillary clinton, dll..
Ada satu cerita miris (lagi...) dinegeri tetangga. Jadi setelah seharian meliput, ada kewajiban wartawan tv untuk mengirim gambar. Bedanya dengan wartawan cetak dan online yang bisa dengan mudah kirim naskah dan foto via email atau wassap, kirim gambar untuk tv adalah sebuah pekerjaan yang em... itu... anu..., apayah... pokoknya sulit dikatakan dengan keterangan. (pusing kan bacanya...)
Intinya kirim gambar itu ga simple, ribet... butuh waktu yang cukup, internet yang kenceng dan ALAT YANG MEMADAI. Karena saya jalan sendiri tanpa campers, maka tugas ini harus saya kerjakan sendiri. Dan payahnya, gw lupa alias sengaja gak bawa laptop. So saya hanya bawa AVIWES sebuah perangkat yang bisa dipakai untuk siaran langsung (live) sekaligus kirim gambar. Sementara kalau saya bawa leptop, saya bisa kirim dengan bantuan wifi alias namanya streaming. Streaming memang cara konvensional tapi aman. Karena cukup pakai wifi, atau modem, maka gambar pun terkirim, hal ini biasa dilakukan kontributor daerah. Temen tv yang ikut saat itu (TVRI, Net, CNN Indo..) bisa kirim pakai leptop. Sementara gw pakai aviwes agak ribet karena, wifi hotel ga bisa connect harus pakai pasword yang ga bisa terhubung dgn aviwes. Phew... dari sekitar jam 17-19 gw gagal kirim gambar. Gw pun nebeng ke kedutaan singapur buat nebeng wifi. Eh ternyata wifinya lemah, dan berkahir dgn kegagalan juga...
Dan karena kantor gw udah minta2 gambar, sedang TV lain sudah berhasil kirim gambar. Panik lah gw... maka jam 23 malam pun (setelah makan malem bareng tim kedutaan singapur), gw memutuskan mencari cafe yang masih buka di orchard road, dan punya wifi gretong. Jalan kaki setengah jam dengan bawa aviwes yang sudah berasa berat di pundak... nemu cafe dan Setelah puter2 otak... yeay... dengan hanya mengeluarkan beberapa belas dollar (11 SGD kalo ga salah) buat belu jus penenang jiwa... akhirnya gambar berhasil terkirim. Alhamdulillah... jam pun menunjukan pukul 01.00 dan gw harus segera kembali ke hotel berinisial Shangrila di jalan oranye...
Kembali ke hotel dan mandi hingga hampir jam 02.00, telpon dari Korlip (koordinaor liputan) berdering. “FER, gambar jelek banget. Bisa kirim ulang ga...”
Gw? Langsung pingsan...



Sekian, lots of love

ferry

Sabtu, 01 Agustus 2015

Travelperience series : SINGAPORE small country, BIG IDEAS



Akhir april 2015 (sorry for being very late posting), saya baru saja menyelesaikan solo backpacing luar negeri, masih di negeri tetangga sih, ASEAN (mumer tanpa visa). Yep, SINGAPORE, SINGAPURA, SINCAPOH, SINGAPURE, SGP, SG atau apapun lah apalah apalah.
Yep, setelah 2014 ke Thailand, maka hasrat ngebolang dinegeri seberang pun kembali memanggil. Dan tatkala melihat promo dari low cost carrier ternama yang menawarkan tiket PP JKT-SGP seharga 650 ribu... maka gw pun tak ragu2 langsung pencet tombol booking.
Kenapa akhir april, yep karna ini adalah momen gw berkarier di statius tv biru tepat 3 hari menjelang 3 tahun. Ribet yah. Intinya mau merayakan dan memberi hadiah pada diri atas kerja keras selama ini. Maka jadilah 26-28 april terpilih sebagai tanggal beruntung gw melanglang ke SG. 3 hari dua malam? Gak terlalu pendek? Hm... kalo untuk eksplorasi kota, cukup lah. Secara gw punya tujuan yakni memperdalam sejarah singkat dan memotret keajaiban arsitektur singapura.
Yep, sejarah... yang muncul di benak adalah bagaimana rafles mewujudkan pulau mungil ini menjadi salah satu pusat keuangan dunia. Bagaimana masyarakatnya yang multi etnis dapat saling berdampingan dan menjadikan negara yang super teratur, bersih dan modern. Last but not least, hunting  gedung2 atau ikon2 unik sincapoh yang memang rerata buatan manusia, tapi jadi daya tarik utama negeri ini.
Weis... jadi berat banget bahasannya... well, lets roll the vinyl... here is my daily momories in sincapoh...

Day 1, Sunday April 26 2015
Hari yang ditunggu pun tiba. Gw berangkat pagi2 sekitar pukul 9 pagi, setelah beberapa menit nonton acara favorit My trip My adventure, karena pesawat baru berangkat jam 11.20. dengan asumsi minggu gak akan macet, maka gw perkirakan nyampe jam 10. Dan ternyata kurang dari jam 10 sudah nyampe T3.
So, untuk tahun ini gada drama lupa bayar taksi, atau buru2 karena waktu mepet... tapi karena ga ada drama maka perjalanan awal pun dirasa garing krik krik. So, ceritanya udah sampe lah ya di spore...
Tiba di terminal 1 singapore, gw bak kabayan yang mendarat kan kaki di negara maju (emang sih). Mata terperangah dan kepala terngadah dengan secuil citra negara ini yang dihadirkan bandara Changi. Bersih, pelayanan maksimal, segala fasilitas ada. Dan... ada hal2 yang bisa membuat pengunjungnya berdecak kagum. Seperti tetesan air magic ini...

sebuah instalasi seni yang menyerupai tetesan air hujan


Setelah dengan noraknya (sambil lepas sandal di bandara changi, ya gak lah...) gw pun memberanikan diri menuju pusat kota dengan MRT. Gw mengeluarkan kartu Singapore Tourist Pass hasil pinjeman kaka Thofiq (yang tempo hari ajak jalan2 di bali, campers handalan MetroTV) yang saldo nya masih melimpah...
Nah, sebelum masuk platform, ada bule cantik eropah yang nampaknya kesulitan, maka gw pun datang sebagai pahlawan... oh... ternyata dy gak punya STP atau EZ card, akses buat naik MRT. Tapi dia harus beli secara manual, maka gw bantulah ia, dan akhirnya kita berada di kereta sama sampai ke kota. Ngobrol ngalor ngidul, ternyata dia dari German (again and again, cewe yang gw temui orang jerman). Dan di tengah perbincangan yang diselingi ujan deres dan petir di luar kereta, dia syok... syok KARENA JATAH CUTI TAHUNAN GW CUMA 12 HARI. Padahal itu hal normal  bagi gw dan mungkin karyawan lain di bumi pertiwi.
Dia bilang kalo jatah cuti tahunan di jerman bisa 30 hari atau lebih, belum lagi libur kalo musim dingin atau panas ekstreem. Apa libur yang panjang merupakan salah satu syarat negara maju ya? Boleh deh indonesia cobak kalo gitu...
Well, gw dan Sabrina (nama gadis itu) pun berpisah karena tujuan akhir yang merupakan tempat hostel kita berbeda. Gw di matraman ia di kota kembang, eh salah.. gw turun di Raffless place dan ia di china town.

Hal yang bikin gw terperangah lagi, ketika turun di St. Raffless place, kondisi statsiun sepi. Kalo bersih mah udah biasa keles di negeri om Lee Hsien Loong inih. Selain itu, CCTV disini ada dimana2 men, entah tiap 2 atau 3 meter... ya, ini untuk memantau jikalau ada yang buang sampah, makan permen karet, dan buang sial juga kali ya...
Akhirnya diri ini naik ke permukaan tanah, FYI MRT statiun Raffless ini di bawah tanah loh... dan yang bikin kaget, gw pas naik ke permukaan tanah langsung melihat gedung2 pencakar langit, yang adalah UOB plaza 1 dan 2. Dan selain itu yang bikin gw kaget (kagetan mulu dr td) adalah hujjan masih mengguyur dengan lucuk nya... waduh, terancam gagal nih JJS gw di singapure...
Tanpa mikir panjang gw bingung mencari Prince of Wales hostel (POW) yang katanya deket dr stasiun... setelah buka GPS dan muter2 gw berhasil liat jalan kecil yang ternyata adalah Boat Quay menuju ke POW.  Yippie...

Setelah cek in dan ibadah, ternyata hujan pun reda. Dari pada menunjukan kebahagiaan dengan menari2 di kamar hostel, mening gw langsung keluar dan JJS. Yess, di sekitar hostel gw aja udah banyak spot2 yang memang ingin gw kujungi. Mulai dari diorama sejarah singapore di sepanjang singapore river banks, asian civilization museum, cavenagh bridge, dan raffless landing statue.  

ini adalah salah satu diorama cerita sejarah awal singapore

Cavenagh bridge

diorama para pendiri singapura yang terdiri dari etnis Melayu, Tionghoa dan British


patung anak2 singapura jadul yang konon senang mandi di kali spore. kalo di indonesia mah sekarang masih ada, tengok aja kali ciliwoong


Setelah puas keliling dan ambil foto, langkah kaki gw lanjut ke kawasan esplanade / merlion. Jalan2 disini nyaman, meski cuaca panas mendera dan bikin cepet aus, tp pedestrian luas membentang, bersih tiada tara di semua sudut. Dan banyak tempat nongkrong buat masyarakat tanpa biaya alias gretong.
Beberapa spot memang harus bayar, misal naik singapore flyer, tapi ngapain mesti bayar dan naik kalo rasanya sama kayak bianglala dan kita udah sah kesana hanya dengan berfoto di bawahnya, yang mana merupakan lintasan balap F1 night race singapore. Ah... gratis yang berkelas ini namanya...
Sepanjang area esplanade, merlion, sin flyer, mata di manjakan dengan keindahan artifisial. Yap, banyaknya bangunan ikonik ciptaan manusia, menjadi kelebihan singapura. Maklum mereka benar2 mengapilkasikan prinsip arsitektur, lahan sedikit untuk manfaat yang maksimal.
Ada the float yang merupakan lapangan terbuka di atas muara sungai singapura, ada marina bay sands yang dihubungkan dengan jembatan Helix yang keren bentuknya, ada panggung pertunjukan gratis di luar esplanade yang waktu itu tema pertunjukannya jazz. Di hari pertama aja gw udah terpuaskan dengan kehebatan negeri singa dari segi arsitektural. Sebagai pengagum gedung2 tinggi, gw cukup puas melihat sky line negeri ini.

Menjelang malam, gw main ke daerah suntec city buat lihat air mancur menari, sekalian nyari makan. Suntec itu mall terbesar di spore, dan ada atraksi air mancur yang lumayan lah, Fountain of wealth namanya... gw pun makan d Mcd setempat buat mengusir laper. Maklum seharian hampir jalan kaki dari keluar hostel sampe suntec. Well, ada pertunjukan lain dan gratis yang gw kejar. So, gw kembali merapat area merlion


“lasser show di marina bay sands”. Biar lebih afdol gw nontonnya di bawah patung merlion. Yang udah lumayan penuh muda mudi. Pertunjukan ini berlangsung dua kali semalam, jam 20 dan 21.30. gw nonton yang 21.30. sebenernya biasa aja sih pertunjukan lasser, tp mereka mengemasnya dengan ciamik, dengan latar belakang gedung marina baysands, lautan sekitar singapur, dan kerlap kerlip lampu yang aduhai, maka semua orang terpana dengan romansa yang dihadirkan. Halah... nih liat kalo gak percaya...




Day 2, Monday 27 april

Hari kedua, gw ingin membuktikan sekali lagi kalo negeri ini bisa memaksimalkan sumber daya alamnya yang terbatas untuk hasil yang maksimal..
Maka bertolak lah gw ke sentosa pagi2 buta itu... men, jam 7 masih sepi, gw dengan riangnya lalu lalang di MRT, dari stasiun Clarke Quay ke harbour front. Turun di harbour front gw naik ke permukaan tanah (bahasanya...) dan mendapatkan fakta bahwa gw ada di mall VIVO LA VIDA, EH VIVO CITY. Yep, dari sini ada banyak cara menuju ke sentosa yang jaraknya selemparan barbel.
Mau naek monorel bisa, kereta gantung bisa, bus bisa, atau yang GRATIS ala gw juga bisa. SENTOSA BOARD WALK.  Arean jalan kaki ini buka dan free of charge sampe 31 des 2015. Lumayan lah itung2 joging pagi, dari vivo ke sentosa makan waktu 30 menit (karena foto2 dan leyeh2 dan bobo2 dulu).


Sampe di sentosa, lo akan ngerasa kayak di resort kelas dunia (namanya aja resort world sentosa, ya iyalah per...)
Disini kalo bisa free, ngapain ngeluarin uang. Yang ngeluarin uang nih ya (dan gak gw lakukan) masuk universal studio singapore (USS) yang berkisar 700rban,, museum madam tussauds, dan tiger sky tower, trus masuk ke mulut Merlion sentosa... oya nginep di resort2 sentosa juga bayar loh, dan mahal2 rata2... FYI  aja.
Nah yang gratis2 nih, ada berfoto di depan USS globe, berfoto di depan merlion sentosa, dan main2 di pantai2. Yep, jangan salah loh negeri ini punya pantai pasir putih, yang sekali lagi,, artifisial alias reklamasi alias  buatan manusia. Kalo urusan pantai, negeri kita masih juarak dah... here some of my madness in sentosa...
paling mainstream, foto depan USS globe

beach boy mode: on


Puas keliling sentosa ampe betis hampir pecah, gw memutuskan ke destinasi mengagumkan yang udah jadi inceran gw sejak lama. Entah kenapa penasaran aja sama tempat atau objek ini.

HENDERSON WAVES (prok prok prok)



Sebuah jembatan melintang sepanjang hampir 1 kilo dengan ketinggian dari tanah 33 meter. Cetek? Lo harus coba dulu berjalan di atas jembatan yang menghubungkan Mount Faber dan bukit Telok Blangah ini. Terbuat dari baja dan kayu merbau atau balau, jembatan ini pernah jadi lokasi video clip salah satu band indonesia, tp gw lupa... yg jelas pernah ada.. mohon inpoh yg inget.
Jujur gw ga sampai khatam melewati jembatan ini, karena keburu mendung dan agak gemeter pas tengah2 jembatan dan liat ke celah jembatan yg terbuat dr kayu, maka nampak terpampang jelas kondisi jalan raya di bawah kaki kita. So, gw mutusin balik dan menyepi di mount faber park. Yep, mount faber ini salah satu alam yang tersisa di singapor dan sungguh terawat baik.  Hutan tropis dengan jenis2 khas seperti merbau, balau, dan pohon2 lain membuat perjalanan menuju vivo city menjadi nyaman dan adem. FYI  sebelum ke sini, gw lewat jalur berbeda yang hampir di atas pedestrian semua. Dan jalur motong mount faber ini ternyata lebih pendek dan ADEM.


So, bisa terbukti kan sisa2 alam di singapura bisa berdampingan dengan kemajuan arsitektural negara ini.
Hari kedua nampaknya menjadi hari yang panjang tapi gak melelahkan. Gw lanjut ke kawasan china town.  Dan hujan langsung menyambut sebegitu gw keluar dari st. China town. Maka kaki pun merapat ke sebuah tempat berteduh yang ternyata itu adalah Budha Tooth Relic temple. Kawasan itu sangat meriah dengan berbagai pernak2 khas tionghoa (ya iyalah namanya juga tionghoaan, pengganti pecinan). Bangunan kuno bergaya china dengan lampion2 perayaan 50 tahun negeri singa menjadi paduan warna2 menyerang mata yang seru.
Cekibrot...
salah satu sudut China town singapura

SCHOCKING FACT!!!
Gak semua tempat di singapur bersih, pas gw coba toilet di St. China town ini, kotor bin menjijikan. Ada toilet yg belum disiram dan, ah... sudahlah tak perlu di lanjut...


Selain budha tooth relic, disini ada tempat ibadah lain yang gak kalah masyhur. Yep, Sri Miriaman Temple. Kuil hindu yang dipenuhi ras india justru berada di tengah2 area pecinan, eh tionghoaan. Membuat warga negei ini hidup rukun berdampingan meski beda ras. Oya, di samping sri miriaman ada puluhan penjual pernak pernih, yang menurut gw lebih murah dibanding di kawasan lain, lets say little india atau bugis sekalipun.
Karena perut laper, dan pengen nyari makan khas yang halal, maka gw melihat plang maxwell food court di depan budha tooth relic. Maxwell saat itu penuh banget oleh para karyawan necis karena selepas jam maksi dan mungkin mereka masih terjebak sehabis ujan. Well, pilihan makan siang gw jatuh pada NASI LEMAK dan jus kedondong. (udah jangan pake kata2 kedondong buat pantun). Sambil pesen gw iseng2 ngobrol dengan penjual yang berpeci. Dan ternyata buyut2nya dia orang pemalang, jateng. Woalah... dan dengan bangga bapak itu pun punya banyak langganan orang indonesia yang kalo ke spore selalu menyantap nasi lemak dia. Well, kagum sama bapak yang masih berupaya berbahasa indonesia logat melayu ketika tahu saya dari jakarta.
Puas di china town, spot yang menjadi target gw selanjutnya (masih ada, gile masih di hari kedua loh ini) adalah Bugis. Yep, area yang menjadi kawasan muslim singapura karena terdapat banyak mesjid dan sekolah islam. Begitu keluar stasiun aja gw udah meliihat banyak anak2 madrasah. Sesaat sedang jalan, gw pun di samperin seorang wanita perempat baya
“hello sir, do you know where  haji lane is...” tanya ia dengan nafas terengah2
“oh, im heading to haji lane also. Lets go together...” jawab gw sok cool
“ok, wo where you from, filipin?”
“nope indonesia...”
“Ya elah, sama dong kita... udah ngomong indonesia aja...”
Pecah lah tawa kita, sampe akhirnya tiba di haji lane yang kalo istilahnya mah gang doang. Tapi apa sih istimewa nya gang senggol ini. 1, ada banyak karya seni berupa grafitti yang gak asal coret2an tembok. 2 ada banyak butik2 dengan karya hasil desainer muda singapore. 3. Ada banyak cafe2 buat nongkrong cantik dan ganteng. Konon katanya, ada es krim yang enak. Cuma gw ga sempet nyoba, karena kesorean.
Well, puas foto2 gw dan mba aduh lupa namanya pun berpisah. Gw lanjut ke mesjid sultan sekalian solat, boru x.., (yg gw inget dy batak) lanjut ke rafles buat ketemu rombongan padua suara gerejanya...

Haji lane is young adult's favorites




beberapa penampakan sudut arab street dan kawasan bugis (sekitar mejid sultan)



Dan, ini lah masjid sultan, yang menentramkan hati, tapi sayang lagi di renovasi, jadi sebagian pesonanya masih terbungkus material renov. Selesai solat gw mencoba menjelajahi area bugis dan kampong glam ini. Mulai dari jalan2 nya yang diberi nama kota2 timur tengah semisal muscat, kandahar, baghdad... dan mencoba melipir juga ke mesjid hajjah fatimah. Melihat sejarahnya namun ga bisa masuk karena gw enggak pake celana panjang alias pake celana pendek. Hm... beda ya peraturannya sama mesjid sultan. Karena suasana panas dan bikin cepet haus, gw memutuskan nongkrong di kampung glam cafem=, yang menurut blog2 yang gw baca sebelum kesini, patut banget buat di coba. Meski pada akhirnya gw hanya icip teh tarik. Tapi, beuh teh tarik nya bener2 otentik, beda sama yang biasa kita beli di jakarta. Beda suasananya, maksudnya. (ditabokin pembaca, kalo ada yang baca itu juga)

Sore2 menjelang gw memutuskan kembali ke hostel buat istirahat sejenak. Pegel gila nih betis di ajak pusing2.
Malam menjelang, gw mau jadi anak gaul singapore dan mejeng2 ganteng di clarke quay. Yep, inilah kawasan foodcourt terutama seafood paling mukul di singapore. Dari hostel gw cukup jalan kaki sajah, dengan dihibur pemandangan seni jalanan di terowongan bawah tanah buat menyebrang ke area CQ, dan juga ada jembatan2 yang bermandikan lampu LED berwarna pelangi yang endah.
CQ ini kaloditilik2 mirip sebuah kasino. Ada bar2, cafe dan air mancur menari. Tetep yang jadi jualan disini ya yg artifisial. Tp yg kembali mengaggumkan dr sisi arsitektur ialah, bangunan2disini merupakan ruko2 (shop house) ala tionghoa jadul yang masih dipertahankan. Jadi sepanjang BQ dan CQ itu memang jadi area shophouse ala chinese yg masih bertahan di tengah gempuran gedung pencakar langit spore.


Day 3, Monday 28 april

Hari terakhir, gw gak mau sia2kan. Bangun pagi2 banget gw langsung menuju mustafa center, pusat belanja 24 jam di kawasan little india. Karena jam cek out jam 11, gw udah packing semua barang2 dan niatnya mau di titip di lobby. Tapi ternyata lobby jam 7 masih tutup, dan gak ada orang sama sekali. Melengganglah gw ke Little India.
Mustafa ini ternyata tidak terlalu besar, mungkin seukuran  mangga dua, dan ada beberapa blok. Tiap lantai menjual barang2 berbeda sesuai tema. Misal pakaian pria dan wanita di lantai1,lantai dasarnya aneka camilan dan suvenir. Yang pasti hampir semua panjualnya etnis india. Yah namanya juga mustafa, yang konon berasal dari nama pemilik dan pendiri pusat perkulakan (bahasa apa ini) yang memang etnis india gitu...

SCHOCKING FACT!!!
Setelah gw bandingkan harga suvenir dari berbagai kawasan (china town, bugis dan terakhir little india) ternyata yang paling juarak (mureh) adalah china town. Selain itu jenis barangnya lebih beraneka ragam dan bisa di tawar. Dan mereka pun bisa berbahasa melayu dengan baik.so rekomen gw, carilah oleh2 khas singapore di China town.

Balik hostel sekitar jam 2 (wah telat dong). Karena gw sempatkan dulu potong rambut di salah satu stasiun karena aseli singapur panas banget dan gw tertarik dengan hasil potongan rambut para pria yang abis kelar di potong disana. Hm...
Oya sang pemilik hostel dengan agak sinisnya bilang
“youre late, the check out time is at 11.”
Gw bales aja
“situ oke” eh salah “yess, sorry but i came here on 7, and youre still close. So i went to little india and orcard. And i put my luggage on the bed, so it ist a big deal rite?”
Dia pun agak bete tp mungkin penjelasan gw logis dan bisa diterima. So setelah hanya ambil tas, gw pun turun lagi dan menitipkan nya di lobby karena masih ada satu tujuan lagi... ya masih tersisa satu tujuan...

MARINA BAY SANDS...
Setelah hampir 30 menit perjalanan, gw tiba di MBS. Kasino? Bukan. Belanja? Bukan. Berenang di kolamnya yg hits? Bukan juga. Tp tujuan utama gw adalah naik ke observatorium deck, buat melihat panorama SG dari ujung bibir perahu di atas MBS ini. Tanpa banyak kata inilah kecantikan SG dari ketinggian puncak MBS, yang perlu merogoh kocek 21 SDG. Satu lagi keunikan arsitektural negeri mungil ini yang saya sambangi.
im on top of the world... (sambil bersenandung)



terakhir sebelum balik indo, gw sempatkan memotong rambut di barber shop stasiun MRT Rafles place
after hair cut


Well, meskiterdengar mainstream, banyak sisi singapura yang masih menarik untuk di eksplor dan ga bosen untuk dikunjungi meski negeri ini terdengar paling sering jadi tujuan pelancong indonesia...

sekian, lots of love
Ferry

Rabu, 08 April 2015

Travelperience : BALI BALI BALI !!! Full of Drama. Between tears, pain, and fun in the end...








Mungkin sebuah kata2 yang manistream kalo orang indonesia di tanya liburan kemana pasti jawabnya BALI. Atau mungkin pertanyaannya bukan “sudah pernah ke bali” tapi “sudah berapa kali ke Bali?”
Nah, selama hampir 26 tahun hidup di muka bumi, kaki saya belum pernah mendarat di pulau yang punya banyak julukan prestis itu. Mulai dari dewata, the last paradise on earth, the land of smile dan entah masih banyak lagi...

Sedihnya, temen2 sekantor suka kaget dan bahkan prihatin akan hidup saya, ketika mereka tau saya, alias gue, atau beta, heueuh aing... BELOM PERNAH KE BALI... temen2 satu angkatan gw bahkan selama 2,5 tahun berkantor di tv elang biru sudah lebih dari dua kali ke Bali, belum lagi perjalanan sendiri. Uci misalnya, reporter handalan ekonomi selama ngantor di kedoya udah 3 kali ke Bali, KTT APEC  salah satunya. Uda Ranof, juga udah lebih dari dua kali.  Dan yang ngenes, temen2 kameramen sering pamer kalo mereka di tugasin ke Bali, salah satunya kaka Thofiq yang langsung bengga “Pey, gw ke bali nih... di tunggu ya disana...”. oke, kata2 kaka thofiq pun jadi lecutan buat gw...

Tibalah suatu hari yang damai, saya di beri tahu korlip (koordinator liputan) untuk ikut liputan dengan menteri perhubungan Ignasius Jonan ke beberapa wilayah di Jateng dan jatim. Oke, bahagia seperti biasa jikalau liputan luar kota (LLK) ke daerah yang belum pernah kita kunjungi. Jatim salah satunya, kalo jateng mah udah.
Hari yang dinanti (gak menanti juga sih, biasa aja) pun tiba, setelah jadwal keberangkatan beberapa kali gonta ganti, akhirnya saya berangkat pada hari Jumat (26/12) menuju tengah malam dengan maskapai pelat merah. Beberapa hari sebelum keberangkatan saya girang tak kepalang karena tujuannya dirubah, bukan jateng jatim, tapi bali jatim (langsung jumpalitan jungkir balik).  Sampai di bali sabtu dini harisekitar jam 1, saya dan kameramen senior Pak Oten, langsung tidur karna orang2 kemenhub ngasih info sepanjang sabtu hari kita akan sibuk blusukan bareng pak jonan.

Well, terbangun di pagi hari, saya sarapan, dan sedikit menikmati udara pagi bali. Hangat, damai, indah. Tapi saya khawatir gak bisa eksplor pulau ini. Yep, karna tujuan kita KERJA KERJA dan KERJA. Ternyata benar sodara2, pak Jonan begitu sampai (keberangkatan menteri Jonan berbeda dgn wartawan) langsung ngecek kondisi bandara Ngurah Rai yang baru di upgrade. Mulai dari terminal kedatangan, fasilitas buat penumpang, sampai menara ATC (air traffic control).

Puas keliling bandara, kami langsung bergegas ke terminal bus Mengwi, sama pak jonan melihat terminal yang tergolong sepi dan tidak optimal itu. Lanjut lagi kami menuju ke pelabuhan gilimanuk, dan di tengah perjalanan kami mengecek jembatan timbang. Pak jonan dengan gaya sidak nya menangkap beberapa fenomena overload truck yang masih bisa melengos begitu aja tanpa ada sanksi bla bla bla...
What, pelabuhan GILIMANUK? Ya, artinya kita akan menyebrang ke pulau JAWA. No more bali...

Sedih ya, udah pasti...Drama pertama dimulai, harus berpisah dengan Bali tanpa menyentuh pasir dan ombak nya sedetikpun. Bali Cuma sekelebat mata aja. Tapi saat menggalau di tepi dek perahu penyebrangan saat nyebrang dari BALI ke pelabuhan Ketapang banyuwangi, saya bertekad harus balik ke bali suatu hari untuk liburan...


***

Singkat kata singkat cerita, kami tiba di banyuwangi pada sabtu malam. Pak Jonan masih aja kuat sidak ke pelabuhan ketapang, dan stasiun banyuwangi baru yang letaknya berdekatan.  Hari sabtu yang full blusukan pun kami tutup dengan istirahat menjelang pergantian hari. Tapi sebelum tidur saya dapet kungjungan dari temen sesama reporter yang sekarang udah jadi abdi negara alias PNS. Dialah Jonathan Pratama... kita ngobrol2 sebentar di sebuah cafe, sampe saling tuker cerita. Jojo cerita gimana rasanya jadi PNS, dan gw cerita betapa masih lelahnya jadi wartawan tapi enaknya masih bisa jalan2 kayak momen hari itu. Akhirnya hampir minggu dini hari. Gw dan jojo berpisah.

***

Terbangunlah saya di Minggu pagi (27/12) yang mungkin menjadi tanggal paling bersejarah dalam dunia perhubungan RI. Apa pasal? Well, pagi2 banget Humas kemenhub nannya saya mau siaran dan wawancara langsung kah dengan pak Jonan? Ada barang maka saya jual tuh barang ke pak produser pagi yang adalah temen gw juga, Cak Nizar. Akhirnya deal, saya wawancara langsung pak Jonan soal sistem transportasi indonesia menjelang tahun baru. Aman kah, cukup tersedia kah, dan bagaimana kesiapan pemerintah. Singkat cerita, wawancara saya sama pak Jonan aman... kita pun lanjut ngobrol ngalor ngidul khas dicampur guyonan pak Jonan.

Karena KERJA3x. Minggu pagi itu kami langsung bergegas ke bandara Blimbing sari, mengecek kondisi bandara, dan sekolah pilot disana.
In the end... kami harus bergerak ke tujuan akhir... surabaya. Tapi skenario kembali berubah. Pak Jonan seharusnya berangkat bersama kami melalui kereta. Tapi malam tadi pak Jonan memutuskan naik pesawat saja. Karna biar cepat sampai surabaya, kampung halamannya. Mungkin ada yang hendak beliau lakukan terlebih dahulu.
Well, berpisahlah wartwan termasuk saya dengan pak Jo,.

Waktu seolah terasa lama. Karna saya akan menempuh perjalanan 6 jam dengan KA mutiara timur, dari banyuwangi ke surabaya. Maka saya pun memposting foto tiket KA ke instagram dengan caption “BERSIAP MENEMPUH PERJALANAN PANJANG NAN MEMANJAKAN MATA ANTARA BWI-SBY” dan caption ini benar2 membuat saya menempuh perjalanan panjanggggg dalam hidup. Lebay ah..

postingan IG saya sebelum perjalanan drama mengharukan nan panjang dimulai. foto diambil di station banyuwangi (lupa namanya) tapi suasana syahdu banget berasa di film2 jaman dulu

Drama dimulai (lah terus dari tadi ngoceh bukan drama). Saya menapaki kereta mutiara timur dengan perasaan berdegup berguncang. Gak pernah sebelumnya (dalam usia dewasa, terkahir naek kereta pas sebelum SD Ciamis-yogya lebih dr 12 jam) naek kereta selama 6 jam. Paling banter ya naek KRL jabodetabek 1-2 jam antara bogor jekarda.
Di dalem gerbong saya dapat kelas bisnis. Pemandangan indah tak henti2nya berganti mulai dari sawah, sungai, khas desa2 di Jatim. Tak lupa makanan enak selalu menemani, karena kami rombongan kemenhub.

Ditengah segala kenikmatan duniawi ini, teman reporter DETIK.com di samping saya berujar “ada pesawat Jatuh, di laut jawa...”
Saya pun tergerak untuk cek twitter. Dan benar, dilaporkan pesawat AA QZ 8501 hilang kontak di sekitar teluk kumai.
Jantung saya berdegup. Perasaan acak kadut gak karuan. Teman saya anak detik langsung ditelpon kantor nya untuk meminta keterangan dari menhub pak jonan.  Tapi apa daya kami sudah berpisah. Selang beberapa menit kemudian, korlip saya pun menelpon. Meminta saya Live by Phone dengan pak Jonan. Saya jelaskan posisi kami sudah berpisah. Dan kemungkinan pak Jonan sudah tiba di surabaya bandara Juanda. Kami pun kabarkan ke tim lokal surabaya.

Ya, peristiwa Jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 menjadi catatan sejarah perhubungan negeri ini. Lebih dari 100 penumpang dan kru meninggal. Selama proses pencarian saya terlibat peliputan baik di bandara juanda, dan mapolda Jatim sebagai crisis center. Saya pun dipercaya untuk ngepos di Mapolda.


Tears and pain
Tangis seolah jadi pemandangan sehari2 terutama seminggu pertama pasca kejadian. Anggota keluarga penumpang tak henti2nya berharap yang terbaik bagi keluarga mereka. Suami/istri, kakak, adik, orang tua, anak... semua kehilangan kontak dengan kerabat yang rata2 akan berlibur akhir tahun di negeri singa.

Apresiasi mendalam saya sampaikan pada bu Tri rismaharini yang terjun langsung di berbagai aksi selama masa berkabung dan pencarian. Dan tentunya kepada tim evakuasi Basarnas, TNI, dll... Jurnalis asing dan dalam negeri bercampur baur di crisis center mapolda. Apapun berita terbaru kami langsung sampaikan, tak peduli rasa lelah melanda, tapi kami harus terus menginformasikan perkembangan terbaru.

Satu persatu jenazah ditemukan dan tiba di RS Bhayangkara. Saya pun live report kedatangan jenazah. Gak ada rasa takut pas jenazah tiba malam2 ditemani gerimis di rumah sakit bhayangkara, lelah harus liputan dan live report dari pagi pun sudah tak terasa. Yang penting perut terisi dan mood bagus tetap terjaga dengan semua tim.
Kondisi fisik yang lelah dibenturkan dengan kondisi lapangan yang tak ramah. Becek karena sehabis hujan, debu dan panas nya surabaya di siang hari. Oh... saya pun terkena gatal2 karena sempat melantai sambil tertidur.
Oya, sudah setahun saya lewati (desember 2014 – januari 2015). Baju Cuma bawa beberapa, celana kaos kaki dan sepatu. Tak luput, saya yang mudah terkena alergi kulit pun akhirnya menyerah. Sepatu yang hanya satu, dan kondisi lembab di ruang jenazah RS bhayangkara, membuat kaki gatal2, sampai akhirnya timbul inflamasi. Profesionalisme harus terus ditegakan. Kaki gatal, tapi liputan tetep jalan. Terkadang tidak nyaman, tapi live report harus tetap mulus di depan layar. Pain, does not tackling me at all.

masih sempet selfie diantara para jurnalis handal tv sebelah, padahal capek, lelah, dan kaki sedang terkena sesuatu hal yang gak banget

***

Fun in the end...
Sudah hampir 2 minggu saya liputan Air Asia. Saya dapat kabar akan di ganti oleh reporter lain. Senang karena akan punya waktu istirahat. Sedih karena memory liputan di peristiwa duka namun mengguncang dunia ini menambah pengalaman bagi saya dan harus berakhir... Well, tatkala terbangun dan menatap nanar dari jendela hotel, tetiba timbul inspirasi untuk memanjakan diri. Ya, i severely need a bitch, eh beach... ahahaha
Hari itu hari sabtu, saya turun ke lobi hotel dan memninjam fasilitas komputer untuk mencari tiket. Saya bingung harus ke bali naik apa. Darat via travel (van) atau pesawat. Namun rasa was2 karena baru saja meliput kecelakaan pesawat sempat mengurungkan niat. Tapi yang namanya butuh mantai parah, dengan iringan doa saya pesan tiket pesawat yang cukup murah dari surabaya ke denpasar. Beruntungnya tiket DPS-CGK dibayar kantor sebagai tanggung jawab mengembalikan saya sepulang dari tugas luar kota.

finaleh baleeh... gak tau kenapa ini fotonya posisinya masih tidur aja. ya, itung2 anti mainstream.

***

BALI BALI BALI
Intinya travel perience ada disini sih.
Guehhh akhirnya meninjakan kaki lagi di bali...yep, no more work, just pleasure and leisure all the time.

Hari pertama 12 jan
Gue sampe di CX hostel legian kelod (tetep ya hostel, biar irit) jam 10 WITA. Gw pun melipir ke lobby dan mengungkapkan niat titip barang karena masih jauh dari jam check in. Tak dinyana, petugas lobby memperbolehkan gw cek in, karena lagi gak terlalu ramai, dan kasur yg gw pesen juga kosong. Over all hostel ini mantep. Bersih, ada sarapan dan tersedia galon air buat isi ulang. Ini yang penting.
Setelah istirohat dikit dan ibadah. Gw pun berniat jalan2 lucuk di seputar legian. Yep, monumen bom bali jadi target pertama. Setelah itu kaki membawa gw menuju pantai kuta, kute apapun...

suasana lobby CX  hostel legian kelod. so recomended for happy traveler like me


Ditengah siang bolong jam 13-an lewat, gw melamun karna bersyukur bisa menginjakan kaki di salah satu pantai termasyhur di dunia ini. Tetiba ada yang membuyarkan lamunan gw.
“surfing mister... surfing”
Gw sambil buka kacamata... “oh surfing pak, saya gak bisa...”
“oh indonesia toh, em... mau belajar surfing... murah aja.. lkfnioehfoifne (singkat cerita gw deal mau belajar surfing dengan membayar 150rb untuk les selama satu jam. (mahal, tunggu ceritanya beres).
Oya tujuan awal gw ke bali adalah ikut cruise atau les surfing memang. Tp entah kenapa takdir menuntun gw memilih surfing.
Gw pun belajar surfing dengan Bli Tom yang udah jago. Diajari cara telungkup di papan, mulai bangu, berdiri, dan surf the waves.... yeay...

Cekibrot the vid, emang sih ombaknya cetek... tapi kan pemula... udah lumayan percobaan ketiga udah bisa berdiri


Hari pertama di bali pun gw tutup dengan penuh kelelahan. Lelah surfing dan kurang tidur selama meliput air asia seolah terakumulasi. Gw pun tertidur dari jam 15.30 – 20.00. parah nih, tapi memang kondisi fisik butuh tidur. Dan gw pun terbangun dengan perut kelaparan.
Setelah cuci muka dan ibadah malem. Gw bergegas cari makan tapi yang tidak terlalu rame. Legian cafe nya menjamur tapi terlalu ramai dengan asap rokok, bau alkohol dan party peoples. So gw pun aga melangkahkan kaki ke arah pantai kute, dan mulut tertambat pada KFC...
kelaperan tengah malam di legian...
Sekenyangnya perut, gw pengen balik ke hostel lepas jam 12 malam. Tapi tetiba hujan deras turun. Maka gw menggalau dulu di kursi sudut KFC sambi memangdang langit malam bali yang basah sah sah...

Hari kedua, 13 jan
Hari kedua gw awali dengan berjemur keren ala2 bule di kute. Sambil baca majalah yang belom kebaca (majalah itu ilang entah kemana skg, padahal isisnya bagus banget.  Get lost edisi akhir tahun)
magz, beach, sun, what else?

Abis berjemur gw kembali sewa papan surfing untuk bermain sendiri, melancarkan skill. Sewa papan aja biayanya 100k bisa main 1 jam, tp karna gw udah akrab dengan pemilik papan, maka dikasih waktu sepuasnya sampe maksimal 30 menit tambahan (lah). Gimana enggak, karna prakteknya, main surfing selama 30 menit aja udah bikin ngos2an. Jatuh bangun, kayuh papan melawan ombak, berdiri, jatuh lagi... gak tau deh berapa kalori yang kebakar...
Well, akhirnya 1,5 jam kurang gw main surfing sampe puas. Lelah, cape, lemas,letih, lunglai udah pasti. Perut pun perlu diisi. Akhirnya gw melipir sambil sedikit hunting barang di jalan raya kute. Di pose mainstream nan wajib ya di depan hard rock cafe, giant basss nya itu...
masih, pamer bisa berdiri di papan surfing

pose wajib yang lewat di depan HardRock

Karna bali panas banget, gw pun pengen banget ngadem, dan mall beachwalk seolah merayu2 mengajak untuk masuk. Keren nih mall tepi pantai ini karena semi open air konsepnya. Yang udah pernah kesana pasti setuja.. karena foodcourtnya ngadep pantai, maka gw memutuskan maksi disana.


pemandangan dari food court beachwalk. so dazzling...

Kulit udah cukup gosong, mata (masih) berat dan nagih ditiduri, maka gw leyeh2 di hostel bentar. Niat hati nyari traveler lain buat ngobral ngobrol, eh gak ada satupun. Akhirnya TIDUR.
Kali ini gak boleh gagal nonton sunset. So, jam 5 gw langsung ngincig (sunda, artinya pergi bergegas) ke kute buat hunting foto sunset. Sambil duduk galau (lagi) nungguin sunset, foto2 dikit, eh di tengah lamunan bak skenario sinetron tetiba kepala gw pengen aja noleh ke samping.
Tetiba saat itu pula, gw melihat sosok yang sepertinya tak asing. Semakin mendekat gw melihat sosok itu juga memergoki gw. Dan gw bisa dengan jelas membaca bahasa bibir dia “kayaknya ini ferry”. Maka tanpa ragu gw teriakin dia “malinggg... eh salah... YOGI SUGIONO...”
Yep, dia igoy alias Yogi sugiono. Bukan adik atau kembaran christian sugiono ya. Dia temen SMA gw yg juga pernah satu organisasi MADING BUANA PELAJAR SMA N 1 TASIKMALAYA. Dia ternyata juga lagi solo traveling ke bali. Tapi cerita dia lebih oke, berkunjung ke pantai2 yang masih perawan di bali kayak pantai ****, **** (saking lupa lagi apa aja pantai yang dia kunjungi).

gak tau kenapa, suka aja dengan foto ini

Setelah saling tuker cerita soal nasib, mulai dari yogi yang kuliah di malaysia, kerja di Mall, dan sekarang jadi bankir... sunset pun selesai. Dan karena kelaperan, maka kita memutuskan untuk makan AYAM BETUTU... singkat cerita kita makan AYBET,  pake kangkung yang ukurannya gigantis. Ilmiah atau enggak, yang jelas gw ngantuk parah pasca makan tuh kangkung, karna yogi Cuma makan dikit tuh kungkang. Walhasil rencana malam kita habiskan dengan ajojing pun batal, karena kepala gw berat, butuh ditiduri (hm...)
Well, malam itu sekaligus malam perpisahan gw dan yogi karena besok ia balik jakarta dengan pesawat pagi, sementara gw pesawat siang menuju sore,..
ayam betutu yang bikin kenyang kepalang. plecing kangkung yang menidurkan

Hari ketiga, 14 jan
Bye bye bali, trip singkat namun penuh makna. Tapi gw gak mau mengakhiri petualangan di bali begitu aja. Gw udah janji dengan Campers Thofiq yang lagi tugas di Bali, dan nagih janji dia yang mau ajak gw ke salah satu pantai baru di Bali. Pandawa.
Sounds not too familiar, but familiar for ffew people... pantai ini punya pemandangan spekta. Pantai berpasir merica, sesekali ada ganggang dan rumput laut yang kalo dilihat dari jauh kayak sampah dan membuat kotor pantai,padahal bukan lho. Plus ada tebing2 dengan patung pandawa lima nya. Sempurnah... perjalanan dari Kute ke Pandawasekitar 1 jam, itupun dengan muter2 dulu dan kecepatan selow. Di tengah jalan kita lewat kampus Univ Udayana. Kerennya kampus ini karena ada di tengah kawasan hijau, dan arsitekutr bangunannya Bali bangedddd...


cantiknya pantai pandawa

pasir di pantai pandawa seukuran merica, ketumbar atau sebagainya sambil bercampur rumput laut

Kita gak terlalu lama di Pandawa. Yang penting BarBuk  foto2 di pantai ini udah cukup menuhin memori. Ya kita cabs lagi karna gw harus balik lg ke JKT.
Well, kayaknya pulau dewata memang dianugerahi kekayaan budaya dan keindahan alam yang tiada habisnya. Kayaknya gak akan pernah ada kata bosan untuk eksplorasi pulau inii.
Itulah travelperience Bali ala gw. Memang penuh drama, namun berakhir dengan kepuasan, kesenangan dan rasa syukur atas pengalaman liputan air asia yang mengharu biru, dan ditutup liburan tak terencana namun tak terlupa. Halah... see ya in another travelperience...