Selasa, 20 Oktober 2015

Travel perience series : me as a presidential journo




Its gonna be the end of the year in a few months.
Dan gw merasa masih minim blogging disini. Sebenernya ada ribuan (lebaii) cerita yang ingin dibagi, terutama cerita perjalanan akhir2 ini. Em... mulai dari menong ya... (jijik sendiri)...

Oke, mulai dari aneka perjalanan bersama kepala negara saja yah.... sekalian memperingati setahun pemerintahan jokowi jk. halah...
here we go...

Mulai akhir Januari tahun ini, gw ditugaskan kantor (ga minta loh, di,,, di tugaskan... catet) untuk ngepos di istana kepresidenen. Ya, apalagi kalo bukan meliput hal ihwal kegiatan Bapak Joko widodo selaku presiden RI saat ini. Well, its a lil bit odd fo me, karna gw tak berstatus mantan (ukh...) wartawan balkot (balai koota) yang selalu meliput Jokowi saat menjadi Gubernur DKI. Tapi tak apalah... maka culture schock pun gw rasakan. Seperti mesti lari2 ambil gambar, nyempil diantara ibu2 spartan yang menyerbu jokowi pengen foto, jadi navigator racing alias ngebut dalam rombongan presiden kalo lagi menuju tempat liputan pake mobil liputan sendiri, dan masih banyak lagi.

Inilah penampakan burung besi sang presiden


Menjadi wartawan kepresidenen, otomatis mendapat kesempatan pulak mencicipi apa yang dialami presiden. Ya yang paling simple jalan2 keliling indonesia lah, karena presiden selalu ada kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah daerah. Yang masih tercatat dalam memori gw, gw pernah ikut jokowi ke beberapa kunker misal tour de sulawesi (Manado, sangiang, majene, mamuju, palu), tour de ngapak-city (purwokerto and tjilatjap), Bandung dan Jatinangor, and last but not least SINGAPORE.
Yang terakhir disebut agak miris sih, karena dari beberapa kunker luar nagri, dewi fortuna berpihak ke gw yang dapet kesempatan ke singapur. Sementara rekan reporter lainnya dapet ke jepang, cina, filipin, papua nugini, arab... fuih... gak apa, rejeki sudah ada yang mengatur. Tapi perlu saya jelaskan, dari 4 reporter yang ada, kami memiliki sistem bergiliran ke Luar nagri. Saya dpt giliran terakhir, dan pas gilirannya ya ke negeri singa... rawr...

Well, kalo kita ikut presiden, ada kalanya kita naik pesawat kepresidenan, hayo... pasti pada pengen naek pesawat ini juga kan? Em... secara umum sama saja dengan pesawat biasa. Tapi as a presidential aircraft, ada beberapa kelebihan. Sini-sini–sini om jabarin satu per satu,,,

1.      Keselamatan dan keamanan nomor wahid.
Ya iyalah, namanya juga ngangkut presiden, ibu negara dan anak2nya yang pernah ikut (kahiyang dan kaesang) sampe menteri2. So sebelum masuk barang2 kita di scan, (sama kali di pesawat biasa juga), dan kalo ke LN kita wajib pake pakaian sipil lengkap (PSL) yakni jas dan dasi. Biasanya pilot dan pramugarinya berbaju ala2 angkatan udara gitu, tapi tetep pramugarinya cantik dan ramah...
Sebelum ke Singapur, selfie dulu...
(ki-ka: Wahyu-kompas; Eduin-NET; Rizki-sindo trijaya; Ninuk-sinar harapan; Edwin arman-CNN indonesia; GW; Ageng-antara)


2.      Makanan tiada henti
Ini nih, yang namanya wartawan kalo dikasih makanan apalagi gratis, pasti ga bakal nolak. Makannanya disajikan oleh katering airlines plat merah, dan terdiri dari welcome drink, main course, hingga cemilan imut dan lucu. Welkomen drink yang paling juarak dan bikin nagih, JUS KACANG IJOOOOOO. Kenapa gw capslok, karena enaknya ga ada yang nandingin, coba deh tanya wartawan yg pernah naik pesawat presiden, pasti setuju kalo jus kacang ijo pesawat ini paling, ah... susah ilang dari lidah. Ngalahin sensasi ciuman pertama...
Kalo main course ya standar, dessert pun juga. Dan ini disajikan terus2an, ya atleast di pesawat kita ga kelaparan. Dijamin.



3.      Presiden, menteri, rakyat jadi satu.
Yep, seperti yang udah dijelasin, disini dari atasan negara sampe rakyat biasa berada dalam satu level. Bahkan kita sering ngobrol2 lucuk di luar kerjaan. Seperti membahas batu akik, membahas makanan daerah tujuan, dan filem2... yuk dilanjut...

4.      Entertainment on demand...
Selayaknya pesawat kelas dunia, pesawat kepresidenan juga mempunyai layar hiburan di hadapan penumpangnya. Selain menyediakan film2 terkini (em... beberapa sih), lagu2 yang di pasang pun lagu2 memory (lah...). semisal dewi yull, broery, tapi ada beberapa lagu kekinian. Oya, dari layar ini kita bisa liat juga kamera pesawat live, baik kamera depan, bawah, sampe bagian dalam. So kita bisa liat saat detik2 pesawat lepas landas atau mendarat, awan di bawah kita, dll... (norak ga sih gw...)
dari angle camera ekor, pesawat di atas Teluk Palu, hendak mendarat di kota Palu


5.      Gak bakalan ada cerita gak dapet kursi
Setiap kursi di pesawat kepresidenan ini sudah dibubuhi nama masing2 penumpang. Biasanya wartawan ada di bagian belakang bersama para paspampres.  Dan semua penumpang pasti dapet kursi. Gak bakalan ketuker tenang aja...


Trus mana cerita jalan2nya per???
Chillax, kita mulei ya... yang pertama dan utama isalah tour de sulawesi. Tur ini kita lakukan bulan Mei. Beberapa kota yang kita singgahi diantaranya Manado, Sangihe talaud (kabupaten paling utara indonesia), Mamuju dan Majene, serta Palu. Tiga provinsi, war biasa kan? Jadi kira2 masing2 sehari di kota tersebut, kita pindah2 aja. Tapi yang paling seru manado. Iya kan udah di jawab, manado. Itu bukan kata tanya loh. (krik).
Kenapa manado paling terkenang? Karena ambience (kayak DJ aja) massa nya paling yahud. Mereka tumpah2 ke jalan saat rombongan presiden meliwati jalanan kota cantik (litteraly) ini. Gw bahkan bisa bikin LOT di tengah kerumunan massa manado (anak2 SMA yg kinyis) yang berebut mendekati presiden yang sedang berenti membagi2kan kaos dan buku. Fuih...
Oya, bisasnya tiap kunker ke daerah, presiden membagi2kan kaos dan buku. Filosopinya sih kalo buku biar anak2 sekolah rajin belajarnya. Biasanya dapet alat tulisnya juga. Kalo kaos, yang biar dipakai dan diinget terus. Gitu kali ya... (dangkal).
Selain itu disini presiden juga bagi2 3 kartu sakti, yakni KIS, KIP dan KIS. Kartu indonesia sehat, pintar dan sejahtera. Biar pinter dan sejahtera, gugling aja ya masing apa beda dan pengertiannya, penulis lg ga mau bahas angle itu...
Di Manado kita juga sempat icip2 kuliner, tentunya di malam hari saat semua kegiatan presiden sudah selesai. Kalo siang boro2 bisa jalan, kerja kerja kerja. Ini aja kita masih beruntung ada satu malam santai dgn waktu yang cukup buat keliling. Oya, dan malam itu pula kita di undang Gub. Sulut Pak Sinyo harry sarundajang makan malam, lupa nama tempatnya, tapi satu yang pasti, makannannya juarak... seafoodnya manado banget...

Sisa dari kunker kepresidenan sama saja ritmenya. Tiba di suatu kota, disambut ala2, pidato, mengecek atau meresmikan project, dll.. oya, gak selamanya kita wartawan pakai pesawat kepresidenan. Jika jarak dekat kita pakai heli, puma atau pesawat jenis lain. Bahkan pernah suatu kunjungan, wartawan berangkat terlebih dahulu menggunakan kereta api. Yess, that was the one to ngapak city, purwokerto and tjilatjap city...


Dan ini mungkin part akhir dari blog ini. Singapore... kunjungan sekira 24 jam di negeri jiran, diisi dengan penandatanganan kerjasama soal e government, temu muka dgn pengusaha singapur dan peresmian anggrek iriana jokowidodo. What? Ya... ada anggrek hasil penelitian di national orchid garden spore jenis baru, yang dinamai ibu negara kita. Selain nama ibu iriana, ada juga anggrek ibu negara lain disini, seperti hillary clinton, dll..
Ada satu cerita miris (lagi...) dinegeri tetangga. Jadi setelah seharian meliput, ada kewajiban wartawan tv untuk mengirim gambar. Bedanya dengan wartawan cetak dan online yang bisa dengan mudah kirim naskah dan foto via email atau wassap, kirim gambar untuk tv adalah sebuah pekerjaan yang em... itu... anu..., apayah... pokoknya sulit dikatakan dengan keterangan. (pusing kan bacanya...)
Intinya kirim gambar itu ga simple, ribet... butuh waktu yang cukup, internet yang kenceng dan ALAT YANG MEMADAI. Karena saya jalan sendiri tanpa campers, maka tugas ini harus saya kerjakan sendiri. Dan payahnya, gw lupa alias sengaja gak bawa laptop. So saya hanya bawa AVIWES sebuah perangkat yang bisa dipakai untuk siaran langsung (live) sekaligus kirim gambar. Sementara kalau saya bawa leptop, saya bisa kirim dengan bantuan wifi alias namanya streaming. Streaming memang cara konvensional tapi aman. Karena cukup pakai wifi, atau modem, maka gambar pun terkirim, hal ini biasa dilakukan kontributor daerah. Temen tv yang ikut saat itu (TVRI, Net, CNN Indo..) bisa kirim pakai leptop. Sementara gw pakai aviwes agak ribet karena, wifi hotel ga bisa connect harus pakai pasword yang ga bisa terhubung dgn aviwes. Phew... dari sekitar jam 17-19 gw gagal kirim gambar. Gw pun nebeng ke kedutaan singapur buat nebeng wifi. Eh ternyata wifinya lemah, dan berkahir dgn kegagalan juga...
Dan karena kantor gw udah minta2 gambar, sedang TV lain sudah berhasil kirim gambar. Panik lah gw... maka jam 23 malam pun (setelah makan malem bareng tim kedutaan singapur), gw memutuskan mencari cafe yang masih buka di orchard road, dan punya wifi gretong. Jalan kaki setengah jam dengan bawa aviwes yang sudah berasa berat di pundak... nemu cafe dan Setelah puter2 otak... yeay... dengan hanya mengeluarkan beberapa belas dollar (11 SGD kalo ga salah) buat belu jus penenang jiwa... akhirnya gambar berhasil terkirim. Alhamdulillah... jam pun menunjukan pukul 01.00 dan gw harus segera kembali ke hotel berinisial Shangrila di jalan oranye...
Kembali ke hotel dan mandi hingga hampir jam 02.00, telpon dari Korlip (koordinaor liputan) berdering. “FER, gambar jelek banget. Bisa kirim ulang ga...”
Gw? Langsung pingsan...



Sekian, lots of love

ferry