Minggu, 08 April 2018

CIREBON, PELARIAN SEMPURNA DARI IBUKOTA

Kantor Walikota Cirebon


Memasuki bulan April, (at least tahun 2018 ada satu postingan dalam satu bulan) saya kembali menulis atas permintaan… (Ga ada yg minta juga sih)
Well, ini seri travelperience yang sepertinya baru 3 minggu yang lalu (saat nulis, bukan posing) dilakukan, dalam kondisi tanpa rencana alias muncul begitu sahaja.

Diawali ketika saat seorang teman mengirimi WA di grup yang isinya memang cuma bertiga, yaitu A, B dan C. si B tetiba membangunkan grup dengan cuitannya.
“A (A merujuk pada saya) si C lagi winter break tuh di kampung halamannya Cirebon.” (winter break = cuti pulang kampung)
“Wah menarik tuh” gw belum ngeh juga. Maka tanpa tedeng aling-aling si B to the point
“Ayok kita trip ke Cirebon. Semalem juga gapapa, manfaatin weekend, mumpung kuliah gw libur.”
Maka tanpa pikir panjang (Hari itu Selasa kalo ndak salah), saya langsung riset tiket kereta api, hotel dan lokasi yang mau dikunjungi. C sebagai tuan rumah pun menyambut dengan suka cita.
“Ga usah ngehotel, dirumah gw aja…”

Namun setelah merujuk pada tugas saya yang masih ada, dan si B yang juga dihantui tugas kuliah master nya, maka akhirnya kami memutuskan untuk TIDAK MENGINAP. Yap, hanya ONE DAY TRIP TO CIREBON.


Sabtu 20 Januari 2018

Bangun pagi2 dengan bantuan alarm jam 4.00. sejak saya jadi warga sub urban, maka saya memutuskan nebeng tidur di tempat teman saat itu, dengan harapan tak terlambat dan ketinggalan kereta di Stasiun Pasar Senen. Setelah mandi, ibadah dan packing, saya memesan Gojek, dan pamitan lah pada tuan rumah,
“Gw cabs ya, thank buat tebengannya…”
“udah gila lu, mau ke luar kota gak pake jaket. Gak bawa kan? Tuh pake jaket gw…”
GW : NANGIS HARU tapi boong.
Ditemani derai hujan khas bulan Januari, gojek gw meluncur jam 5 kurang 15 dan tiba 5 lebih 15 menit. Wow, diluar dugaan, cepat sekali, padahal Jadwal kereta nya masih 6.55. Walhasil saya menuggu agak lama di stasiun, karena teman saya bahkan baru siap2 jam 5, dan tiba jam 6 kurang.

Setelah sejam lebih luntang-lantung dan nebeng lesehan depan Alpamar*, saya yang tengah menenggak minuman lembut, dikejutkan dengan kedatangan Mr B.
“Hei per,.. udah lama nunggu, langsung masuk yuk… tiket gw udah lo cetak kan?”
Saya pun hanya mengangguk nurut bak di hipnotis dan menuntunnya ke boarding room.

TEPAT. Saat waktu menunjukan 6.50an semua penumpang sudah dipanggil masuk gerbong, karena kereta benar2 berangkat sesuai jadwal. Perlahan meninggalkan keramaian yang memecah pagi di Senen, pemandangan dari gerbong pertama kursi 4A saya berubah menjadi Gedung2 tingkat di gambir dan sekitarnya, beberapa menit kemudia berubah ala pemandangan sub urban seperti antara jatinegara hingga akhirnya bekasi. Dan ketika sinyal 4G udah agak-agak tak menunjukan jati diri nya, berubah menjadi H+ bahkan E, maka saya yakin itu sudah memasuki luar Jabodetabek. Setelah saya cek, oya KARAWANG, maka mulai terlihat sawah-sawah yang agak luas sepenglihatan mata. 

Pemandangan selepas Jakarta


OH GOD, I'M ESCAPE, FINALLY.
Setelah hampir sibuk dengan kerjaan dan cuti yang selalu tertunda (bahkan saat ngetik ini, adalah episode lain dari CUTI YANG TERTUNDA).

Jam 9. kami tiba di stasiun kota Cirebon. Stasiun ini masih sama, bersih, rapih dengan bangunan bergaya kolonial yang masih apik. Sekeluarnya kami dari stasiun, puluhan pengendara becak, ojek, hingga taksi menjajakan jasa nya. Kami tolak secara halus karena memang janjian dengan teman kami C yang rencananya mau jemput.

Setelah ngalor ngidul dan jalan agak jauh dari stasiun, kami menelpon C. eh ribet gak sih pake ABC. Oke, saya kenalkan ya, B adalah Ricki sang penggagas tur, dan C adalah Eka sang tuan rumah.
Kami pun janjian dengan EKa didepan SMP 1 Cirebon. Beberapa saat kemudian datanglah Eka dengan putri kecilnya. Setelah ngobrol basa baS busuk, saya to the point. LAPAR, PENGEN SARAPAN. Eka pun mengajak kami sarapan ala Cheerbon : EMPAL GENTONG. Kami memberli empal gentong yang terletak di salah satu sisi alun-alun Cirebon. Ada semacam foodcourt gitu. RAsanya, gurih, dengan banyak diberi taburan seledri atau kemangi (maap, penulis ga riset dan gak yakin apakah itu seledri, kemangi atau justru rempah lain). Yang jelas Empal nya juara, RIcki aja sampe nambah dua kali. Dan ibu penjual sampe nawarin ke saya juga “mau nambah” tapi saya tolak karena tahu tujuan berikutnya gak jauh dari makanan.

Empal gentong yang gurih-gurih bahagia


Setelah kenyang, kami sesaat ngobrolin kehidupan pra, jelang dan pasca usia 30an. Hux…biasa lah gak jauh-jauh dari karir kami sebagai awak media, jurnalis, apapun itu. Sedikit latar belakang. Ricki sudah malang melintang sebagai jurnalis. Mulai dari surat kabar lokal di kampuang halamnnya Padang. Ia pernah jadi penyiar radio SUshi FM padang, dan juga wartawan Harian SInggalang. Sekarang dia jadi abdi di TV Merah Pulogadung. (you know what lah ya…). sementara Eka (ini nama cowok ya…) gak jauh beda. Ia dari kuliah saja sudah menempuh jurusan komunikasi, broadcast pula. Pernah di TV yang dulu identik dengan anak muda yang suka nongkrong. Lalu sekarang di TV merah pulogadung juga. Ya mereka sekantor. Sementara saya gak usah diceritain lah ya. Saya dan Ricki akrab karena pernah sama-sama bertugas di KPU saat Pemilu 2014. dari awalnya mush bebuyutan karena sering berbeut narasumber, sampe akhirnya mau gak mau saling bahu membahu dan terkadang bebisik info. Sementara saya dengan Eka pernah bertugas di Istana di tahun 2015. maka ya begitulah.

Jam 12an kuran kami meluncur ke Trusmi (bukan, bukan tagline iklan TRUSMI IT WORKS…) guna berburu BATIKKKKK. Yep sebagai pecinta BAtik, saya gak mau melewatkan kawasan ini. Bahkan rencana awal ke Keraton pun terlewat karena kami menghabiskan waktu sangat lama di Trusmi. No wonder sih, karena batik2 disini punya motif sendiri, dimana batik pesisir umumnya lebih cerah. Saya aja ngeborong buat saya (cuma satu batik sih) dan anggota keluarga saya yang pesenannya naudzubillah. Oya, batik2 disini murah, saya aja kaget dengan motif bagus tapi harga masih di kisaran 100 ribuan. Go cek some of wonderful batik here..

Yang mau tunangan, yang mau tunangan, ayok dipilih2 batiknya...
 
Batik motif Mega Mendung, yang khas dimari

Dari Trusmi, kita mampir ke Es Oyen. Karena cuaca Cirebon yang panas, maka pas banget mereguk es disiang hari. Setelah puas, kami menyepi sejenak ke Gua SUnyaragi. Yep. Dahulu kala ini tempat tetirah, menyepi, mencari kesunyian ragawi. SUNYA = SUNYI, RAGI = RAGA. Begitulah kira-kira (CMIIW). disini suasana ramai (jauh dari ekspektasi ingin mencari kesunyian) karena banyak banget pengunjung, dutambah dedek2 gemes pramuka yang sedang ada latihan. Kalau saja kemampuan foto saya diatas rata-rata, maka foto-foto disini pasti lebih elok dipandang mata. Namun ya beginilah, semmapunya saja.

Setelah dari Sunyaragi, kami langsung berpisah dengan EKa karena kasian anaknya sudah mulai terlihat letih, lesu lemas dan lunglay. Alias kecapekan. Maklum jalan2 sama om-om girang.

Dari Sunyaragi saya dan Ricki pun meluncur ke Nasi Jamblang seberang Garge Mall. Lupa nama nasi jamblang nya. Tapi enak parah, nyesel gak bungkus bawa pulang jeakarta.

Oya selama perjalanan kami menggunakan moda transportasi daring (online) Gojek. Ini non endorse yah, cuma saya pikir ini snagat membantu. Mudah dan anti ribet. Tapi dengan semangat demi mengangkat kearifan lokal, trip terakhir dari nasi jamblang ke stasiun kami menggunakan becak, dengan pengendara yan sudah sepuh,. inign hati menggantikannya menggenjot becak, namun saya sedang tidak syuting JIKA AKU MENJADI. Dan kami kami sudah lebih dari cukup melangkah sepanjang hari di kota udang. So, semangat pa genjotnya.

Sepotong keunikan Gua Sunyaragi


Satu hal yang bisa saya teladani. CIrebon adalah kota yang baik dalam mengelola pariwisata. Dengan luas wilayah yang tak terlalu besar, namun kekayaan tradisi dan sejarah mampu diolah menjadi komoditas yang menghadirkan wisatwan (terutama dari ibukota) setiap akhir pekannya.
Ajabinya kocek yang harus saya rogoh pun lebih kurang sekitar 500 ribu. Tiket kereta PP 220an ribu. Transportasi Cirebon dengan GO car sekira 150 ribu. Makan sampe kenyang dan oleh2 paling 150 ribu. Batik (ini tergantung masing-masing ya guys, karena saya borong buat keluarga, jadi habis 300an ribu, untuk 7 potong kain loh itu). 

Dan langit kala itu mendung2 manjah

So, bosan dengan Bogor, puncak atau Bandung? Cirebon is worth to visit guys.