Rabu, 08 April 2015

Travelperience : BALI BALI BALI !!! Full of Drama. Between tears, pain, and fun in the end...








Mungkin sebuah kata2 yang manistream kalo orang indonesia di tanya liburan kemana pasti jawabnya BALI. Atau mungkin pertanyaannya bukan “sudah pernah ke bali” tapi “sudah berapa kali ke Bali?”
Nah, selama hampir 26 tahun hidup di muka bumi, kaki saya belum pernah mendarat di pulau yang punya banyak julukan prestis itu. Mulai dari dewata, the last paradise on earth, the land of smile dan entah masih banyak lagi...

Sedihnya, temen2 sekantor suka kaget dan bahkan prihatin akan hidup saya, ketika mereka tau saya, alias gue, atau beta, heueuh aing... BELOM PERNAH KE BALI... temen2 satu angkatan gw bahkan selama 2,5 tahun berkantor di tv elang biru sudah lebih dari dua kali ke Bali, belum lagi perjalanan sendiri. Uci misalnya, reporter handalan ekonomi selama ngantor di kedoya udah 3 kali ke Bali, KTT APEC  salah satunya. Uda Ranof, juga udah lebih dari dua kali.  Dan yang ngenes, temen2 kameramen sering pamer kalo mereka di tugasin ke Bali, salah satunya kaka Thofiq yang langsung bengga “Pey, gw ke bali nih... di tunggu ya disana...”. oke, kata2 kaka thofiq pun jadi lecutan buat gw...

Tibalah suatu hari yang damai, saya di beri tahu korlip (koordinator liputan) untuk ikut liputan dengan menteri perhubungan Ignasius Jonan ke beberapa wilayah di Jateng dan jatim. Oke, bahagia seperti biasa jikalau liputan luar kota (LLK) ke daerah yang belum pernah kita kunjungi. Jatim salah satunya, kalo jateng mah udah.
Hari yang dinanti (gak menanti juga sih, biasa aja) pun tiba, setelah jadwal keberangkatan beberapa kali gonta ganti, akhirnya saya berangkat pada hari Jumat (26/12) menuju tengah malam dengan maskapai pelat merah. Beberapa hari sebelum keberangkatan saya girang tak kepalang karena tujuannya dirubah, bukan jateng jatim, tapi bali jatim (langsung jumpalitan jungkir balik).  Sampai di bali sabtu dini harisekitar jam 1, saya dan kameramen senior Pak Oten, langsung tidur karna orang2 kemenhub ngasih info sepanjang sabtu hari kita akan sibuk blusukan bareng pak jonan.

Well, terbangun di pagi hari, saya sarapan, dan sedikit menikmati udara pagi bali. Hangat, damai, indah. Tapi saya khawatir gak bisa eksplor pulau ini. Yep, karna tujuan kita KERJA KERJA dan KERJA. Ternyata benar sodara2, pak Jonan begitu sampai (keberangkatan menteri Jonan berbeda dgn wartawan) langsung ngecek kondisi bandara Ngurah Rai yang baru di upgrade. Mulai dari terminal kedatangan, fasilitas buat penumpang, sampai menara ATC (air traffic control).

Puas keliling bandara, kami langsung bergegas ke terminal bus Mengwi, sama pak jonan melihat terminal yang tergolong sepi dan tidak optimal itu. Lanjut lagi kami menuju ke pelabuhan gilimanuk, dan di tengah perjalanan kami mengecek jembatan timbang. Pak jonan dengan gaya sidak nya menangkap beberapa fenomena overload truck yang masih bisa melengos begitu aja tanpa ada sanksi bla bla bla...
What, pelabuhan GILIMANUK? Ya, artinya kita akan menyebrang ke pulau JAWA. No more bali...

Sedih ya, udah pasti...Drama pertama dimulai, harus berpisah dengan Bali tanpa menyentuh pasir dan ombak nya sedetikpun. Bali Cuma sekelebat mata aja. Tapi saat menggalau di tepi dek perahu penyebrangan saat nyebrang dari BALI ke pelabuhan Ketapang banyuwangi, saya bertekad harus balik ke bali suatu hari untuk liburan...


***

Singkat kata singkat cerita, kami tiba di banyuwangi pada sabtu malam. Pak Jonan masih aja kuat sidak ke pelabuhan ketapang, dan stasiun banyuwangi baru yang letaknya berdekatan.  Hari sabtu yang full blusukan pun kami tutup dengan istirahat menjelang pergantian hari. Tapi sebelum tidur saya dapet kungjungan dari temen sesama reporter yang sekarang udah jadi abdi negara alias PNS. Dialah Jonathan Pratama... kita ngobrol2 sebentar di sebuah cafe, sampe saling tuker cerita. Jojo cerita gimana rasanya jadi PNS, dan gw cerita betapa masih lelahnya jadi wartawan tapi enaknya masih bisa jalan2 kayak momen hari itu. Akhirnya hampir minggu dini hari. Gw dan jojo berpisah.

***

Terbangunlah saya di Minggu pagi (27/12) yang mungkin menjadi tanggal paling bersejarah dalam dunia perhubungan RI. Apa pasal? Well, pagi2 banget Humas kemenhub nannya saya mau siaran dan wawancara langsung kah dengan pak Jonan? Ada barang maka saya jual tuh barang ke pak produser pagi yang adalah temen gw juga, Cak Nizar. Akhirnya deal, saya wawancara langsung pak Jonan soal sistem transportasi indonesia menjelang tahun baru. Aman kah, cukup tersedia kah, dan bagaimana kesiapan pemerintah. Singkat cerita, wawancara saya sama pak Jonan aman... kita pun lanjut ngobrol ngalor ngidul khas dicampur guyonan pak Jonan.

Karena KERJA3x. Minggu pagi itu kami langsung bergegas ke bandara Blimbing sari, mengecek kondisi bandara, dan sekolah pilot disana.
In the end... kami harus bergerak ke tujuan akhir... surabaya. Tapi skenario kembali berubah. Pak Jonan seharusnya berangkat bersama kami melalui kereta. Tapi malam tadi pak Jonan memutuskan naik pesawat saja. Karna biar cepat sampai surabaya, kampung halamannya. Mungkin ada yang hendak beliau lakukan terlebih dahulu.
Well, berpisahlah wartwan termasuk saya dengan pak Jo,.

Waktu seolah terasa lama. Karna saya akan menempuh perjalanan 6 jam dengan KA mutiara timur, dari banyuwangi ke surabaya. Maka saya pun memposting foto tiket KA ke instagram dengan caption “BERSIAP MENEMPUH PERJALANAN PANJANG NAN MEMANJAKAN MATA ANTARA BWI-SBY” dan caption ini benar2 membuat saya menempuh perjalanan panjanggggg dalam hidup. Lebay ah..

postingan IG saya sebelum perjalanan drama mengharukan nan panjang dimulai. foto diambil di station banyuwangi (lupa namanya) tapi suasana syahdu banget berasa di film2 jaman dulu

Drama dimulai (lah terus dari tadi ngoceh bukan drama). Saya menapaki kereta mutiara timur dengan perasaan berdegup berguncang. Gak pernah sebelumnya (dalam usia dewasa, terkahir naek kereta pas sebelum SD Ciamis-yogya lebih dr 12 jam) naek kereta selama 6 jam. Paling banter ya naek KRL jabodetabek 1-2 jam antara bogor jekarda.
Di dalem gerbong saya dapat kelas bisnis. Pemandangan indah tak henti2nya berganti mulai dari sawah, sungai, khas desa2 di Jatim. Tak lupa makanan enak selalu menemani, karena kami rombongan kemenhub.

Ditengah segala kenikmatan duniawi ini, teman reporter DETIK.com di samping saya berujar “ada pesawat Jatuh, di laut jawa...”
Saya pun tergerak untuk cek twitter. Dan benar, dilaporkan pesawat AA QZ 8501 hilang kontak di sekitar teluk kumai.
Jantung saya berdegup. Perasaan acak kadut gak karuan. Teman saya anak detik langsung ditelpon kantor nya untuk meminta keterangan dari menhub pak jonan.  Tapi apa daya kami sudah berpisah. Selang beberapa menit kemudian, korlip saya pun menelpon. Meminta saya Live by Phone dengan pak Jonan. Saya jelaskan posisi kami sudah berpisah. Dan kemungkinan pak Jonan sudah tiba di surabaya bandara Juanda. Kami pun kabarkan ke tim lokal surabaya.

Ya, peristiwa Jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 menjadi catatan sejarah perhubungan negeri ini. Lebih dari 100 penumpang dan kru meninggal. Selama proses pencarian saya terlibat peliputan baik di bandara juanda, dan mapolda Jatim sebagai crisis center. Saya pun dipercaya untuk ngepos di Mapolda.


Tears and pain
Tangis seolah jadi pemandangan sehari2 terutama seminggu pertama pasca kejadian. Anggota keluarga penumpang tak henti2nya berharap yang terbaik bagi keluarga mereka. Suami/istri, kakak, adik, orang tua, anak... semua kehilangan kontak dengan kerabat yang rata2 akan berlibur akhir tahun di negeri singa.

Apresiasi mendalam saya sampaikan pada bu Tri rismaharini yang terjun langsung di berbagai aksi selama masa berkabung dan pencarian. Dan tentunya kepada tim evakuasi Basarnas, TNI, dll... Jurnalis asing dan dalam negeri bercampur baur di crisis center mapolda. Apapun berita terbaru kami langsung sampaikan, tak peduli rasa lelah melanda, tapi kami harus terus menginformasikan perkembangan terbaru.

Satu persatu jenazah ditemukan dan tiba di RS Bhayangkara. Saya pun live report kedatangan jenazah. Gak ada rasa takut pas jenazah tiba malam2 ditemani gerimis di rumah sakit bhayangkara, lelah harus liputan dan live report dari pagi pun sudah tak terasa. Yang penting perut terisi dan mood bagus tetap terjaga dengan semua tim.
Kondisi fisik yang lelah dibenturkan dengan kondisi lapangan yang tak ramah. Becek karena sehabis hujan, debu dan panas nya surabaya di siang hari. Oh... saya pun terkena gatal2 karena sempat melantai sambil tertidur.
Oya, sudah setahun saya lewati (desember 2014 – januari 2015). Baju Cuma bawa beberapa, celana kaos kaki dan sepatu. Tak luput, saya yang mudah terkena alergi kulit pun akhirnya menyerah. Sepatu yang hanya satu, dan kondisi lembab di ruang jenazah RS bhayangkara, membuat kaki gatal2, sampai akhirnya timbul inflamasi. Profesionalisme harus terus ditegakan. Kaki gatal, tapi liputan tetep jalan. Terkadang tidak nyaman, tapi live report harus tetap mulus di depan layar. Pain, does not tackling me at all.

masih sempet selfie diantara para jurnalis handal tv sebelah, padahal capek, lelah, dan kaki sedang terkena sesuatu hal yang gak banget

***

Fun in the end...
Sudah hampir 2 minggu saya liputan Air Asia. Saya dapat kabar akan di ganti oleh reporter lain. Senang karena akan punya waktu istirahat. Sedih karena memory liputan di peristiwa duka namun mengguncang dunia ini menambah pengalaman bagi saya dan harus berakhir... Well, tatkala terbangun dan menatap nanar dari jendela hotel, tetiba timbul inspirasi untuk memanjakan diri. Ya, i severely need a bitch, eh beach... ahahaha
Hari itu hari sabtu, saya turun ke lobi hotel dan memninjam fasilitas komputer untuk mencari tiket. Saya bingung harus ke bali naik apa. Darat via travel (van) atau pesawat. Namun rasa was2 karena baru saja meliput kecelakaan pesawat sempat mengurungkan niat. Tapi yang namanya butuh mantai parah, dengan iringan doa saya pesan tiket pesawat yang cukup murah dari surabaya ke denpasar. Beruntungnya tiket DPS-CGK dibayar kantor sebagai tanggung jawab mengembalikan saya sepulang dari tugas luar kota.

finaleh baleeh... gak tau kenapa ini fotonya posisinya masih tidur aja. ya, itung2 anti mainstream.

***

BALI BALI BALI
Intinya travel perience ada disini sih.
Guehhh akhirnya meninjakan kaki lagi di bali...yep, no more work, just pleasure and leisure all the time.

Hari pertama 12 jan
Gue sampe di CX hostel legian kelod (tetep ya hostel, biar irit) jam 10 WITA. Gw pun melipir ke lobby dan mengungkapkan niat titip barang karena masih jauh dari jam check in. Tak dinyana, petugas lobby memperbolehkan gw cek in, karena lagi gak terlalu ramai, dan kasur yg gw pesen juga kosong. Over all hostel ini mantep. Bersih, ada sarapan dan tersedia galon air buat isi ulang. Ini yang penting.
Setelah istirohat dikit dan ibadah. Gw pun berniat jalan2 lucuk di seputar legian. Yep, monumen bom bali jadi target pertama. Setelah itu kaki membawa gw menuju pantai kuta, kute apapun...

suasana lobby CX  hostel legian kelod. so recomended for happy traveler like me


Ditengah siang bolong jam 13-an lewat, gw melamun karna bersyukur bisa menginjakan kaki di salah satu pantai termasyhur di dunia ini. Tetiba ada yang membuyarkan lamunan gw.
“surfing mister... surfing”
Gw sambil buka kacamata... “oh surfing pak, saya gak bisa...”
“oh indonesia toh, em... mau belajar surfing... murah aja.. lkfnioehfoifne (singkat cerita gw deal mau belajar surfing dengan membayar 150rb untuk les selama satu jam. (mahal, tunggu ceritanya beres).
Oya tujuan awal gw ke bali adalah ikut cruise atau les surfing memang. Tp entah kenapa takdir menuntun gw memilih surfing.
Gw pun belajar surfing dengan Bli Tom yang udah jago. Diajari cara telungkup di papan, mulai bangu, berdiri, dan surf the waves.... yeay...

Cekibrot the vid, emang sih ombaknya cetek... tapi kan pemula... udah lumayan percobaan ketiga udah bisa berdiri


Hari pertama di bali pun gw tutup dengan penuh kelelahan. Lelah surfing dan kurang tidur selama meliput air asia seolah terakumulasi. Gw pun tertidur dari jam 15.30 – 20.00. parah nih, tapi memang kondisi fisik butuh tidur. Dan gw pun terbangun dengan perut kelaparan.
Setelah cuci muka dan ibadah malem. Gw bergegas cari makan tapi yang tidak terlalu rame. Legian cafe nya menjamur tapi terlalu ramai dengan asap rokok, bau alkohol dan party peoples. So gw pun aga melangkahkan kaki ke arah pantai kute, dan mulut tertambat pada KFC...
kelaperan tengah malam di legian...
Sekenyangnya perut, gw pengen balik ke hostel lepas jam 12 malam. Tapi tetiba hujan deras turun. Maka gw menggalau dulu di kursi sudut KFC sambi memangdang langit malam bali yang basah sah sah...

Hari kedua, 13 jan
Hari kedua gw awali dengan berjemur keren ala2 bule di kute. Sambil baca majalah yang belom kebaca (majalah itu ilang entah kemana skg, padahal isisnya bagus banget.  Get lost edisi akhir tahun)
magz, beach, sun, what else?

Abis berjemur gw kembali sewa papan surfing untuk bermain sendiri, melancarkan skill. Sewa papan aja biayanya 100k bisa main 1 jam, tp karna gw udah akrab dengan pemilik papan, maka dikasih waktu sepuasnya sampe maksimal 30 menit tambahan (lah). Gimana enggak, karna prakteknya, main surfing selama 30 menit aja udah bikin ngos2an. Jatuh bangun, kayuh papan melawan ombak, berdiri, jatuh lagi... gak tau deh berapa kalori yang kebakar...
Well, akhirnya 1,5 jam kurang gw main surfing sampe puas. Lelah, cape, lemas,letih, lunglai udah pasti. Perut pun perlu diisi. Akhirnya gw melipir sambil sedikit hunting barang di jalan raya kute. Di pose mainstream nan wajib ya di depan hard rock cafe, giant basss nya itu...
masih, pamer bisa berdiri di papan surfing

pose wajib yang lewat di depan HardRock

Karna bali panas banget, gw pun pengen banget ngadem, dan mall beachwalk seolah merayu2 mengajak untuk masuk. Keren nih mall tepi pantai ini karena semi open air konsepnya. Yang udah pernah kesana pasti setuja.. karena foodcourtnya ngadep pantai, maka gw memutuskan maksi disana.


pemandangan dari food court beachwalk. so dazzling...

Kulit udah cukup gosong, mata (masih) berat dan nagih ditiduri, maka gw leyeh2 di hostel bentar. Niat hati nyari traveler lain buat ngobral ngobrol, eh gak ada satupun. Akhirnya TIDUR.
Kali ini gak boleh gagal nonton sunset. So, jam 5 gw langsung ngincig (sunda, artinya pergi bergegas) ke kute buat hunting foto sunset. Sambil duduk galau (lagi) nungguin sunset, foto2 dikit, eh di tengah lamunan bak skenario sinetron tetiba kepala gw pengen aja noleh ke samping.
Tetiba saat itu pula, gw melihat sosok yang sepertinya tak asing. Semakin mendekat gw melihat sosok itu juga memergoki gw. Dan gw bisa dengan jelas membaca bahasa bibir dia “kayaknya ini ferry”. Maka tanpa ragu gw teriakin dia “malinggg... eh salah... YOGI SUGIONO...”
Yep, dia igoy alias Yogi sugiono. Bukan adik atau kembaran christian sugiono ya. Dia temen SMA gw yg juga pernah satu organisasi MADING BUANA PELAJAR SMA N 1 TASIKMALAYA. Dia ternyata juga lagi solo traveling ke bali. Tapi cerita dia lebih oke, berkunjung ke pantai2 yang masih perawan di bali kayak pantai ****, **** (saking lupa lagi apa aja pantai yang dia kunjungi).

gak tau kenapa, suka aja dengan foto ini

Setelah saling tuker cerita soal nasib, mulai dari yogi yang kuliah di malaysia, kerja di Mall, dan sekarang jadi bankir... sunset pun selesai. Dan karena kelaperan, maka kita memutuskan untuk makan AYAM BETUTU... singkat cerita kita makan AYBET,  pake kangkung yang ukurannya gigantis. Ilmiah atau enggak, yang jelas gw ngantuk parah pasca makan tuh kangkung, karna yogi Cuma makan dikit tuh kungkang. Walhasil rencana malam kita habiskan dengan ajojing pun batal, karena kepala gw berat, butuh ditiduri (hm...)
Well, malam itu sekaligus malam perpisahan gw dan yogi karena besok ia balik jakarta dengan pesawat pagi, sementara gw pesawat siang menuju sore,..
ayam betutu yang bikin kenyang kepalang. plecing kangkung yang menidurkan

Hari ketiga, 14 jan
Bye bye bali, trip singkat namun penuh makna. Tapi gw gak mau mengakhiri petualangan di bali begitu aja. Gw udah janji dengan Campers Thofiq yang lagi tugas di Bali, dan nagih janji dia yang mau ajak gw ke salah satu pantai baru di Bali. Pandawa.
Sounds not too familiar, but familiar for ffew people... pantai ini punya pemandangan spekta. Pantai berpasir merica, sesekali ada ganggang dan rumput laut yang kalo dilihat dari jauh kayak sampah dan membuat kotor pantai,padahal bukan lho. Plus ada tebing2 dengan patung pandawa lima nya. Sempurnah... perjalanan dari Kute ke Pandawasekitar 1 jam, itupun dengan muter2 dulu dan kecepatan selow. Di tengah jalan kita lewat kampus Univ Udayana. Kerennya kampus ini karena ada di tengah kawasan hijau, dan arsitekutr bangunannya Bali bangedddd...


cantiknya pantai pandawa

pasir di pantai pandawa seukuran merica, ketumbar atau sebagainya sambil bercampur rumput laut

Kita gak terlalu lama di Pandawa. Yang penting BarBuk  foto2 di pantai ini udah cukup menuhin memori. Ya kita cabs lagi karna gw harus balik lg ke JKT.
Well, kayaknya pulau dewata memang dianugerahi kekayaan budaya dan keindahan alam yang tiada habisnya. Kayaknya gak akan pernah ada kata bosan untuk eksplorasi pulau inii.
Itulah travelperience Bali ala gw. Memang penuh drama, namun berakhir dengan kepuasan, kesenangan dan rasa syukur atas pengalaman liputan air asia yang mengharu biru, dan ditutup liburan tak terencana namun tak terlupa. Halah... see ya in another travelperience...