Senin, 21 Mei 2018

LAMPUNG, the charm of south most point in Sumatera




Seketika Whatsapp messenger saya berbunyi dan terbukalah
sebuah pesan

“Fer, baru aja gw ngomongin kemungkinan ke Lampung bareng temen,…”

Begitulah Inti kata-kata pembuka dari seorang temen, yang secara acak mengajak untuk bertualang ke Lampung.

Dalam beberapa pekan belakangan memang saya cuku tertekan pada beratnya dinamika kehidupan dalam mencari rejeki halal di ibukota. Belum lagi sejumlah drama yang menyelimutinya. Apadaya dan boleh dikata, ajakan teman ke Lampung pun saya seriusi. Berbekal laptop yang tengah ada disebelah tangan (mestakung, ala sinetron laga jaman dulu yang tatkala jagoannya berantam dan tersungkur, tiba2 ada balok kayu atau apapun itu disampingnya…), maka saya segera riset hal ihwal menuju Lampung. Mulai dari tiket pesawat, penginapan, hingga destinasi.

Oya saya pernah ke lampung 3 kali sebelumnya. Yang pertama ke Pahawang ikut open trip. Yang dua dan ketiga adalah dalam rangka pekerjaan. Lampung cukup meninggalkan memory indah dalam membran batang otak saya. Mulai dari makanannya, keelokan alam nya, hingga hal-hal yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Oya, kenapa saya memutuskan (lah kapan jadiannya, udah langsung putus aja…) pakai pesawat, karena riset dan rencananya pun mendadak. Saya tak mau terjebak dalam perjalanan panjang berjam-jam tapi capek, demi kesenangan haqiqi yang tercipta sekejap mata.

Well, setelah disepakati tanggal, yakni 20 - 22 april 2018, saya pesan tiket melalui aplikasi berlogo a-wan. Mudah dan murah, (gak diendorse, so, plis endorse,,, biar blognya tambah rajin/…).
Kamipun menentukan titik2 yang akan dijelajahi. Rencana memang indah, setidaknya 2 tempat jadi tujuan utama : Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan Kiluan. Di TNWK kami berniat jadi hamish daud (di film nekad traveler FYI) atau Chicco Jerikho yang main2 dengan hewan cerdas nan menggemaskan ini. Sementara di kiluan kami hendak melihat rombongan lumba-lumba di teluknya, sembari membasahi diri dengan vitamin sea nya.


20 April 2018
Semenjak jadi kaum penglaju, saya memutuskan tidur dikantor pada Kamis malamnya. Karena first flight. Perjalanan CGK - TKG pun dengan lancar dan tanpa celah (DELAY) terlewati. Dari bandara saya iseng2 mau nyoba aplikasi ojek daring, eh ternyata bisa. Dari pada naik bus yg ngetem dan entah turun dimana, maka saya langsung order OJOL. Dengan satu prasyarat : saya harus jalan keluar bandara dan menunggu didekat pintu VIP yang berjarak 100-150 meter dari pintu utama. HUFT.

Selama perjalanan bandara ke hotel, saya yang setengah mengantuk diajak obrol terus oleh abang OJOL. Mulai dari dia yg curhat soal kerjaanya, dia cerita soal latar belakang keluarganya yg transmigran (seperti orang lampung pada umumnya), dan saran buat saya yang mau berlibur sejenak ke lampung ini.

“kalo mau liat gajah mah main ke kebun binatang di karang aja” (merujuk pada tanjung karang, nama lama kota Bandar Lampung) ujar sang babang tamvan ojol.

“saya, saya mau kayak hamish bang, mandiin dan berinteaksi dengan gajah dialam…” jawab gue polos.
Tibalah saya dihotel ARINAS (sempet lupa nama hotel ini, namun tetiba ingat dengan salah satu penyanyi muda berusara 5 oktaf. ITU ARIANA GRANDE...), tepat depan pintu masuk hotel, bukan
gerbang, atau depan jalan hotel. Literally depan pintu yang menjadi akses langsung ke lobby. Saya pun meluncur ke kamar NOMOR 212. (WIRO SABLENG KELES,,,,), dan bertemu sebuah makhluk sehat bernama IFTOR. Yep, dialah partner travel kali ini. Oya sediki cerita, dia adalah teman disaat kuliah, PKL dan berbagi segala persoalan hidup yang melanda diri. Udah ya, tar keenakan dia gw promote disini.

Akhirnya saya mandi, (karena belum mandi sedari kamis malam), beberes dan…

“yuk, siap2 ke TNWK. Pas nih kalo dari sini jam 10, sampe jam 12an, dan abisnya main sama gajah…”
Buka gw dengan semangat.

“lo yakin ke TNWK, jauh loh, dan kita baru sama2 sampai…” iftor menjawab dengan nada letih, karena ia baru menempuh perjalanan via kereta malam (kek lagu dangdut aja ya) Palembang - Lampung.

Akhirnya tanpa banyak basa yang sudah basi, kami pun ngobrol, dan KETIDURAN….jangan curiga dulu deh. Kasur kami TWINS. Jd ada jarak. (penting…)
Kami pun terbangun di tengah hari, melewatkan sholat wajib yang bagi sebagian pria akan merasa ganteng (candaan lawas sih). Tak ada yg terbangun, karena kami berdua sama2 letih dengan urusan kerjaan dihari2 sebelumnya. Maapkeun…
Setelah sholat dhuhur, kami mencari makan untuk mengisi
perut2 penuh kelaparan. Saat maksi inilah kami mulai atur strategi baru untuk hanya bertualang di KILUAN. Well, saya pun memutar otak untuk mencari motor yang bisa dipinjem, karena kalau sewa akan sangat ribet dengan harus menyerahkan 4 DOKUMEN sodara2. KTP, KK, BPJS DAN NPWP. YAKALI gw bawa2 KK kemana2 termasuk traveling. Akhirnya bantuan datang dari kontirbutor saya di Lampung. Hehe, ini lah faedahnya jadi wartawan, punya banyak rekan di daerah yg bisa dimintai tolong. Untungnya pernah ketemu mas Imam saat liputan WAJIB babeh di Kota Metro lampung.

Dari sore - sekira jam 19 saya dan Iftor menyempatkan tarik suara di sebuah waralaba karoke berinisial INULVIZTA. Karna cuma berdua, karoke 2 jam pun terasa dua abad. Jam 20 saya menuju rumah mas imam yang menurut saya sebagai pendatang cukup jauh. Apalagi saya Sempet keujanan saat menuju rumah mas Imam, dan OJOL yang saya tumpangi kembali CURHAT saat kita tengah berteduh. Bahkan abang OJOL ini minta tolong dicarikan orang yg telah menipu usaha keluarganya. Katanya sih sang penipu kabur ke jakarta, makanya dia minta bantuan saya. ELAH BANG…

Jam 23 kurang beberapa menit, saya akhirnya dapat MOTOR PINJAMAN, wew, lama bener nego nya. Maklum diajak obrol kesana kemari. Tiba dihotel kamar sudah gelap, Iftor tidur lelap. Dan baju saya dari kering, basah, kering lagi. Mandi, tidur, karena esok harus ekstrak pagi menuju kiluan.


21 April 2018
Setelah sholat shubuh, kami langsung bergegas menuju Kiluan. Perjalana 3 jam tak terasa bosan karena pemandangan yang super duper ajib. Bayangin ada pantai dipinggir jalan persis. Jarak tepi jalan dengan pantai cuma beberapa sentimeter aja, gokil sih ini. Tepatnya didekat pantai sari ringgung. CMIIW.
Akhirnya jam 8an kami tiba di penginapan yang sudah kami sewa via wa dengan sang pemilik. Simpan barang2 dan segera memulai tur pertama. DOLPHIN.

Yep, orang lokal memang lebih sering menyebut kata DOLPHIN dibanding lumbah-lumbah. Mungkin lebih ringkes dan internesyenel kali ya.
Saya menggunakan jasa pak Dirham untuk tur dolphin ini. Sewa kapal sebesar 300.000, seharian. Sekira satu jam kami tiba di tengah lautan, setelah menunggu… voila… rombongan lumbah2 pamer atraksi. Mulai dari ada yang loncat, sekedar ambil napas ke permukaan, hingga berenang meliuk2 dibawah laut (yang ini keliatan jelas dr perahu, saking jernih air di teluk kiluan…)

Oya, yang menemani kami dikapal bukan pak Dirham. Melainkan pak Agus, kerbatnya juga. Tapi Pak agus dengan sabar dan maklum dengan kenoraan saya dan iftor yang bahagia melihat sihitam manis ini. Saya sudah memutuskan mau balik, tp iftor masih belum puas. Maka kita bertahan di telauk hingga sekitar pukul 11 (2 jam kurang berpanas2an melihat lumbah2). Oya pak Agus bilang gini, dan mungkin cukup menampar bagi yang suka berdalih pendidikan atau hiburan dengan menontonya di sirkus

“keren kan lihat lumba2 dialam aslinya. Memang harusnya begini, bukan dengan nonton di sirkus atau gelanggang…”

lumba-lumba dan ujung jukung
Jam 11 lebih 30, kami mendarat ke pulau kelapa / kiluan. Disini kami ditawari mau makan siang / gak. Tentu mau lah, meski bayar. Ya iyalah. Sembari nunggu makan siang, kami memerawani pantai nya yang saat itu SEPI BANGET., cuma saya dan iftor yang berkunjung,, maka puaslah kami mengambil ratusan foto, dan bermain2 air disini, hingga kacamata saya hilang terbawa ombak.

Oya, pantai di pulau Kiluan ini sempurna: ombak ga terlalu besar (ada sih yang besar, dibagian belakang pulau, entah ke arah mata angin apa, tp kalau sudha yg banyak batu dan hutan, itulah pantai yang ombaknya besar). PASIRNYA putih dan landai. Jadi jalan beberapa meter pun ga langsung dalam, berasa kolam pribadi. Cek aja beberapa foto NAIS berikut…

sepi, pas untuk baca sajak cinta "kulari ke pantai kemudian teriaku..."

ini ceritanya candid oleh paparazzi

Makan siang tiba, kamipun menyantapnya dengan lahap. Oya, perawakan teman saya itu memang subur sih, gak heran istri pak Dirham menyiapkan 2 poorsi bak untuk 10 porsi. Banyak banget men,… nasinya jumbo, sayurnya juga, ikan dan sambalny apalagi.

Jam 15.30an kami pun kembali ke pulau utama, Sumatera untuk
mandi, dan istirahat.
Malam kami habiskan hanya di penginapan, secara saat itu sepi banget. Ga terlalu banyak wisatawan juga. Jadi saya yang memang jam 8/9 harus udah bobok, pun bobok terlebih dahulu. 

22 April 2018
Its Sunday. Alias Sunny day. Yep, kita berburu sunrise tapi gagal. Selain kesiangan, awan agak menghalangi pemandangan. Tapi bukan berarti kami dokem-dokem bae di bungalow. Saya dan Iftor harus merelakan keringat terbuang dengan mendaki ratusan tangga menuju ke LAGUNA GAYAU. Yep, laguna yang mungkin foto2nya tersebar banyak di IG ini spot yang gak kalah menarik buat dikunjungi jikalau ke Kiluan,. sekitar 10 menit tiba, kami langsung ditawari pemandangan emnakjubkan dari water blow. Ya mirip kayak water blow di nusa dua bali. Atau pernah nonton film FOOLS GOLD nya matthew mc conaughey dan kate hudson? Nah wtaer blow ini semacam ombak yang menghantam karang bolong, lantas menyembur muncrat hingga ke angkasa. Semoga ada gambaran ya. Kalo gak, nih, ada video nya...
 
OYA, MESTI WAJIB KUDU HARUS kalau ke Laguna ini ditemani dengan seorang local guide,. karen apernah ada kejadian tak mengenakan teradi. Jadi ditemani local itu keharusan ya. Karena pada dasarnya, jika kau tak bisa berenang, jangan sesekali menurunkan diri ke laguna, tiba2 terjadi ombak besar yang masuk ke laguna, dan bisa menyeret siapa saja. Tapi itu jedanya 40an menit seklai. Selama tak ada ombak, laguna aman untuk direnangi, difoto2i, asal tetap waspada. Teman saya pun sempat terbawa arus ombak besra itu saat laguna dimasuki ombak besar. Tapi karena dia bisa berenang, maka semuanya aman.
Berikut foto2 keindahan HQQ laguna gayau.
 
keindahan bercampu kedamaian yg HQQ

kalau mau kesini gak usah mandi dulu.

Jam 9.30 an kami kembali ke penginapan, karena maksimal jam 11 kami sudah harus kembali ke kota Bandar Lampung, dan kota kami masing2 dengan membawa memori indah dari bumi ruwa jurai, Lampung.

Lampung, titik paling selatan Bumi SUmatera ini adalah tempat ideal untuk short getaway dari ibukota. Selain jarak yang dekat jika dengan pesawat, harga segalanya masih murah dan masuk akal. Semua hal disini pun sangat mempesona.

Oya, ada satu spot yang masih buat saya penasaran sih (selain TNWK). PULAU PISANG, semoga ada kesempatan suatu hari untuk menyambanginya.
berikut beberapa kontak dan informasi yang dirasa mungkin akan bergina bagi yang hendak menjadikan Kiluan sebagai pelarian sejenak yang sempurna :

Pak Dirham (sewa jukung / perahu) - 081369991340

Bahan Cottage - Bang Baan : 081379930669 / 085269736950

NB : operator telekomunikasi yang tersedia : telkomsel
makan bisa pesan pada pemilik penginapan, untuk makan malam dan sarapan. Makan siang saat trip dolphin bisa satu paket dengan penyewa perahu di pulau Kiluan.



Lots of love
Ferry