Rabu, 07 Maret 2018

RANGGA VS DILAN : Yang mana yang too good to be true dan too close to reality?




Bulan lalu saya cuti dan berada di rumah kakak dan ibu saya di Tasikmalaya. Selama seminggu hampir tak ada kegiatan selain makan, tidur dan ngasuh ponakan (karena hujan seharian selama seminggu, baru cerah saat perjalanan kemnbali ke Jakarta). Ada satu kegiatan lagi yang terpaksa saya lakukan, yakni baca buku alias novel rekomendasi adik saya, yakni (JRENG JRENG, GONG, PERKUSI DSB) DILANNNNNNNN. (ayo beri tepukan paling gemuruh).

Saya belum pernah nonton film nya, tapi saya sudah meilhat penampakan novel itu di kamar adik saya bertahun2 yang lalu. Saat saya baca saja minggu lalu, bukunya secara fisik sudah lepek, berwarna kuning ke kuning-kuningan, ada bercak air yang sudha mengering entah bekas air apa… ya begitulah. Pun saya hingga sebulan lebih (mungkin) lebih penayangannya, belum niat dan memang belum mahu saja menontonnya. (Bapak Presiden aja udah nonton). Meski kemarin sang adik sempat juga ngajak nonotn (lagi. Ya adik saya aja pengen nonton kedua kalinya).

Well, karena seminggu cuti (penting lagi untuk diingatkan), maka kegiatan sampingan yang saya kerjakan ada NYOSMED. Mulai dari jadi rajin cek FB, baca2 semua artikel berguna di kaskus, hingga yang masih rutin dilakukan yakni cek twitter dan IG, nah di dua sosmed terakhir inilah saya menemukan fenomena yang tengah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, yakni DEMAM DILAN. Langsung spesifik ya, saya gak akan bahas teknis atau kualitas film nya, pun membahasa meme2 plesetan adegan dilan yang rindu2 itu, bukan,.. tapi ini adalah satu hal yang mengusik jiwa dan rasa gatal yang muncul dalam benak saya saja sih. Setelah membaca novel DILAN, dan menemukan sebuah (dua) postingan di IG yang membandingkan tokoh utama film Dilan dengan tokoh utama film AADC.

Yep, mungkin pembaca disini (maksudnya siapa tahu, syukur ada yang baca blog ini dan merasa tengah masuk dalam cerita ini) ada yang ngeh gitu dengan postingan yang mebandingkan tokoh CINTA VS MILEA dan RANGGA VS DILAN. Ada bahkan yang mengadakan polling: milih siapa, Rangga atau Dilan. Cinta atau Milea. Baiklah mungkin ada beberapa yang jengah, atau terlarut dang langsung memilih tokoh mana yang merasa ANDA banget. MAKA SEBELUM EUFORIA DILAN MAKIN  SENYAP... Well, this is my review, tapi akan fokeus ke tokoh cowok aja ya. Apakah Rangga atau dilan yang too good to be true, atau too close to reality?


Rangga
sumber foto : http://www.genmuda.com/nih-8-cara-mendapatkan-cowok-kayak-rangga/
Jujur, saya melihat film AADC sekira 10 tahun setelah penayangannya. Maksudnya menonton secara lengkap, utuh, dari awal sampai akhir. Bahkan saya menontonnya berulang2 di bagian2 monumental. Semisal dialog rangga dan cinta yang “basi madingnya udah mau terbit…” atau “salah gw, salah temen2 gw…”. maka sosok cinta dan rangga masih lekat dalam ingatan saya.

Well rangga yang miterius, pendiam dan suka sastra kayaknya memang paket yang (nope, hampir aja nulis lengkap) mendekati kenyataan ya. Cung, siapa disini yang pernah melihat sosok kayak rangga dikehidupan nyata. Atau mari buat ini lebih mudah. Cung disini yang ngerasa mirip sama rangga sifatnya? Satu, dua… nah ada kan….
Karena menurut saya yang sudah 3 dasawarsa hidup (heux…) kayaknya sifat rangga ini memang berdasar riset dan banyak ditemui pada kalangan pelajar seusianya. Pendiam, jarang bersosialisasi, nongkrongnya di perpustakaan, maka kemungkinan ia suka sastra pun besar. Sosok rangga juga tidak dibesar-besarkan oleh sang sutradara atau kreatornya, atau siapapun itu. Dia punya kekurangan iya, misal malu2 saat berbicara dengan lawan jenis (ya namanya juga ansos).


Dilan
sumber foto : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180209151143-220-275077/kala-gombalan-dilan-bikin-kelepek-indonesia
Setelah khatam baca novelnya dalam beberapa hari, saya punya bekal yang cukup untuk mengulas sosok dilan, berdasarkan sudut pandang saya. Menurut saya sosok Dilan too good to be true, dan mugnkin kayak judul lagunya boson (jadul banget) “one in a million” kaalupun ada. (tenang-tenang , harap sabar dilan lovers…) Oke, saya mafhum bahwa memang ini adalah sebuah tokoh fiktif, maka sekali lagi saya tekankan, ini adalah penilaian dan pandangan saya. Toh saya tidak menghakimi mana yang lebih bagus atau tidak. Ini adalah pengembangan dan mungkin apresiasi saya akan kedua tokoh ini,.
Oke kembali ke topik. Tokoh dilan menurut saya terlalu ideal. Dalam arti untuk remaja kelas 2 SMA (bener kan ya dua SMA). dilan digambarkan sebagai yang serba bisa, menguasai banyak bidang dengan perangai yang diidamkan banyak kaum hawa muda (siswi SMA) pada umumnya. Mari kita bedah satu persatu:

- dilan anak motor, badboy, gemar berantem.
Ini satu paket. Karena dulu ketika saya SMA pun sering mendapati teman atau sosok pelajar macam ini. Ditambah anak motor yang gaul biasanya nongkrong di warung luar sekolah. Sepaket. Dengan gambaran sifat ini, mudah sekali bayangan sosok dilan dicari pada sosok pelajar2 lain diluar sana

- dilan jago merayu (gombal), suka sastra dan rajin bikin puisi, bisa gambar karikatur, bisa main gitar.
Oh wow, dilan ini keturunan dari berbagai seniman ya. Seingat saya bapak nya dilan tentara, ibunya dilan guru (saya lupa yang ini, guru sastra atau bahasa). Ya memang bisa saja kedua nya punya darah seni. Atau dari sodara pinggir, atau kakek nenek nya. Namuna apakah selengkap itu? Biasanya pelukis pun jarang bisa bernyanyi. Atau penyair pun belum tentu bagus saat karokean. Bahkan teh melly goeslaw yang sudah menciptakan ratusan purnama lagu soundtrack film, konon tak bisa memainkan instrumen atau alat musik. Yep. Pada faktanya jarang sekali seorang sneiman atau yang berjiwa seni memiliki kemampuan seni lengkap. So, sudah mulai tersadar?

- dilan langganan majalah TEMPO, hingga punya poster pemimpin spiritual islam di kamar nya.
Saya saat SMA adalah pembaca koran dan penyimak berita internasional. Tapi gak sampai punya poster pemimpin dunia juga, meski dulu sempat ngefans dengan Nelson Mandela. Kalo saya anak motor, pasti saya lebih memilih poster motor-motor gahar buat menghiasi kamar remaja khas saya. Tull gag?

- dilan ikut cerdas cermat
Hm… teman SMA saya dulu yang ikut berbagai olimpiade memang anak motor, maksudnya naik motor ke sekolahnya, namun tak menjadikan motor sebagai identitas keremajaan mereka. Justru yang ikut olimpiade adalah yang anak TAKSIS (semacam orgaisasi kajian ilmiah gitu), anak rohis, berkacamata, kancing dipakai hingga ke pangkal leher, ya stereotipe begitu. Disekolah kamu gitu juga gak? 


Jadi, bagaimana menurut pembaca? (semoga ada yg baca dan komeng ya gan...). 
Well itulah pandangan saya akan kedua tokoh rekaan ini. sekali lagi, ini hanya tulisan dari sudut pandang saya, sejauh saya mengenal dua tooh tersebut dari fil (AADC) dan novel (Dilan).

Spread love not hate.

LOLs (Lots of loves)


Ferry