Rabu, 07 September 2016

PAPUA, WONDER OF NATURE


panorama Danau Habema yang diabadikan oleh fotografer koran dengan oplah nomor satu di negeri ini.



Papua, wonder of nature. KEREN GA SIH GW KASIH JUDUL... 
(oke mulai serius)


Tak pernah terbayangkan jikalau saya akan menginjakan kaki ketiga kalinya di bumi cenderawasih.
Dua orang teman saya yang sedari lama bermimpi dan berangan ke Papua, bahkan belum merasakannya. (colek genit : iftor dan maulin). Padahal dari dulu belahan bumi Indonesia yang ingin saya pijak dan ngebet adalah Lombok (cita2 dari SMP kelak mau bulan madu kesini), Maluku (pengen kayak artis2 renang di Ora resort), atau aceh (keren aja, melihat pariwisata aceh yang bangkit setelah tsunami). Alhamdulillah Lombok dan Aceh sudah, meski hanya sekilas. Tapi Papua, selalu berkesan, lebih dari 3 hari tinggal disana setiap kunjungan (kerja). Ah, so, this is my third journey to the wonderful Papua, specially Wamena.

Saya kembali ditugaskan untuk meliput 17 agustus di daerah. Setelah 2013 di perbatasan Indo – malay tepatnya di blok... duh lupa namanya, 2014 di Timika, maka 2018 kembali ke papua, Kabupaten Wamena tepatnya. Ngapain, ya meliput 17 agustusan disana. Di daerah paling timur Indonesia. Tapi biar gak biasa, ada Gimmick demi layar lebih menarik.
Beda dengan tahun2 sebelumnya, tahun ini perayaan 17 agustus di daerah diwarnai aksi membentuk formasi 71, dan diambil dengan video udara atau drone, jadi makin ciamik kalo disajikan di layar. Tapi,.. ah sudahlah, saya ga akan cerita dibalik layar yang sebenarnya menguras darah dan air mata. Mungkin hanya sedikit.


Bandara Wamena. oya, sudah didarati pesawat besar airbus lho...
Wamena
Ibu kota kabupaten jayawijaya ini, berada di wilayah pegunungan tengah papua, atau rangkaian pegunungan puncak jaya. Bayangan saya bermacam2 akan kota ini, mulai dari suhu nya yang dingin (karena berada di ketinggian 300 mpdl), masyarakatnya yang masih berpakaian tradidional seperti koteka, hingga penerbangan perintis dan bandara seadanya sebagai penyambut pertama saya disana.

Prang…. Tapi bayangan2 itu sirna. Mendaratkan kaki pertama kali di BAndara Wamena, saya terperangah. Bandara sudah dengan bangunan modern, atap baja, dinding kaca, dan untuk mempermanis bandara, tersedia foto2 khas papua yang dipajang di area kedatangan. “now I am in this wonderfull island, papua…” gumam gw dalam hati (gaya beut, bergumam aja sok pake bahasa enggres).
Keluar dari bandara saya menikmati jalanan yang sudah berasapal, dan mengejutkannya, ada sejumlah becak disini, yang dikayuh oleh orang papua. Kata teman2 TNI yang menjemput kami, becak2 itu peninggalan pendatang dari jawa yang dulu banyak disini, akhirnya setelah kembali ke Jawa, becak2nya pun diinvetarisir oleh orang local, sebagai mata pencaharian.

Dingina, tak juga, langit Wamena selalu cerah dengan langit biru nya yang selalu terbelalak. Hangat bahkan. Warga nya ramah dan selalu melempar senyum. Bergerak sedkiti ke wilayah luar wamena, kita masih bias melihat sesekali pria hanya dengan koteka, sementara kaum wanita, kebanyakan sudah berpakaian lengkap.

dua cameramen saya, girang bukan kepalang berfoto dengan anak2 papua, dan honai sebagai background

Oya, ekonomi di Wamena ini unik, semua pasokan makanan atau barang2 lainnya di pasok melalui udara, that’s why harga disini selangit, dua bahkan tiga kali lipat daripada harga Jakarta atau pulau jawa. Hm, itusebab saat ini sedang digenjot pembangunan jalan Trans Papua, yang menghubungkan kota2 di pulau ini. Rencananya nanti Mimika dan wamena dapat terhubung. Cek peta aja broh, biar tahu papua itu gede banget dan kalau ada jalan bakal dampaknya gede banget juga buat perekonomian disini. (meme angels).

Soal spot2 terbaik, ya salah satu yang sudah mendunia adalah lembah baliem. Setiap agustus disini ada festival budaya lembah baliem, katanya turis asing lebih banyak disbanding turis local Indonesia, karena selain memamerkan budaya atau tariang perang antar suku, proses nya aja udah photo able yang instagram able. Gitu… (pegel nulis able2 an)

Selain itu, tradisi yang masih terjaga hingga saat ini yaitu, bakar batu. Eits, ga hanya sekadar batu yg dibakar, tapi biasanya ada daging babi, sayur dan ubi. Ya kalo di jaw amah ini kayak tumpengan gitu, sebagai wujud syukur. Nah karena kemaren bertepatan dengan 17 agt, maka bakar batu yg berharga 100 juta rupiah, diadakan. Uang 100 juta ini 25 sumbangan dari pemkab, 75 juta nya lagi urunan dari warga.  No wonder, karena harga 1 babik bias mencapai 25 jetong. Itu babik nelen emas ya? Atau digelonggongi oleh cairan platina? No, emang babi itu adalah hewan yg mahal kalo di papua, apalagi kalo bentuk nya montok2.


seorang ibu dan bayi nya. bayi ini dimasukan ke dalam hanoken (tas tradisional untuk para wanita), jangan khawatir, justru tas ini membuat bayi nyaman dan hangat.

Eits, kalian pasti mikir saya ikut makan, enggak sih… meski sempet ngiler banyak (sambil usap iler)… baiknya, mamak2 juga sudah menyediakan ayam khsusu buat yang muslim. Horray… jadi kita makannya ubi, ayam. Udah super kenyang.

Satu yang jadi kebanggaan saya sebagai orang Indonesia (cie, akhirnya…) adalah betapa negeri ini sangat besar, tapi butuh usaha ekstra juga untuk menjaga nya. Mereka saudara2 kita di papua sudah sangat senang dengan perayaan khas 17an, maka sudah sepatutnya mereka juga di beri jatah kue buah pembangunan. Pembangunan jalan transpapua adalah salah satu bentuk nyata. Jadiin ya pak jalnnya sampai kelar, jangan mogok di tengah jalan…

Sebagai pembanding, dulu warga dari distrik mbua di kabupaten Nduga (sebelah barat kab, jayawijaya, perlu jalan kaki 40 hari dari Wamena ke Mbua. Padahal keperluannya hanya beli baju misalnya, karena di Mbua masih berupa distrik kecil. Nah sekarang, sekarang… ayo tebak jadi berapa hari, (kalo jalan kaki. FYI jalan kaki itu hal biasa buat mereka men, hebat ga…). Sekarang setelah ada trans papua, Mbua – Wamena jadi hanya 4 HARI SAJA DENGAN BERJALAN KAKI.  (prok prok prok). Jadi, secara matematis satu persepuluh kali lama perjalanan bisa di pangkas.

Oya, sebagai anak hutan (sarjanan kehutanan, literally). Saya bangga bias menginjakkan kaki di Taman Nasional terbesar dan terlengkap di negeri ini. TN Lorentz. Ya, kawasan ini membentang luas dari pegunungan tengah papua, hingga bagian selatan atau perut pulau berbentuk burung ini. (cek aja maps broh). Disini ada Danau Habema, trus ada beberapa kali terlihat gunung yang diseimuti sesuatu berwarna putih (yang saya duga itu salju). Keren deh pokoknya. Karena tak bias berkata2 endah, langsung cek foto2 nya aja ya gans…

sesekali nampang ya, (pake seragam pula, duh...). ini pelangi sehabis hujan di salah satu kawasan di TN Lorentz. kece kan?

merah putih dan papua. NKRI.

Danau Habema

Yang ambilin foto ini Juara. padahal seorang gadis kelas 2 SD lho...


Well, selama sekitar 4 hari di wamena, ada beberapa hikmah yang bias saya petik.
-          Kayanya tanah papua harus diimbangi dengan kuat nya perhatian pemerintah pusat pada wilayah ini
-          Salut untuk tni yang membantu dan mengerjakan dari pembangunan jalan Trans papua.
-          Kalau ada uang lebih, main2 lah kesini. Apalagi bagi yang berjiwa petualang.

(ini mah lebih ke testimony ya, bukan hikmah, apaan sih fer…)

Sekian deh corat-coret iseng sebenernya ini bagian dari travelperience series di blog yang JARANG DIUPDATE INI. (Update kalo dapet jalan2 yang jauh… heuh, blogger macam apa gue inih…)


Bye,
Lots of love



Senin, 05 September 2016

Bali, ga ada abisnya…

pantai GREEN BOWL




Well,, mungkin postingan gw ini udah basi kalo dari spot2 wisatanya, karena mungkin sudah pernah di bahas di blog2 lain. Tapi sebagai penebus dosa karena sudah lama tak mengisi blog kesayangan, maka saya akan berbagi dari yang hangat dulu. Yang panas (papua : wamena, mbua, dan KOREA LAGI) segera. Mohon ingatkan ya pembaca (kayak ada yg baca aja…)

Saya bak mendapat durian runtuh, ketika dibakari eh dikabari Korlip untuk liputan di Bali. Ya, minggu awal saya akan bertugas meliput pertemuan 3 menteri pertahanan (ina, mas, phi) soal kasus perompakan dan penyanderaan WNI oleh abu sayyaf and the ganks… setelah sebelumnya jadi korban PHP (harusnya pertemuan diadakan di KL, saya juga yg ditugaskan, tapi batal tetiba beberapa hari sebelum keberangkatan). Maka ini seolah ganti nya. Hoho..

Usai sudah pertemuan trilateral tersebut (lah, inti pertemuannya ga usah diceritain ya, ga nyambung sama LIBURAN terselubung ini…). Beberapa jam sebelum kembali ke Jakarta, saya mendapat kabar lagi dari Korlip (Koordinator liputan) untuk kemBALI minggu depan ke BALI untuk liputan lain, yakni konferensi anti terorisme. Hm… niat hati saya menolak karena letih harus bolak-balik JKT-bali – JKT. Tapi ya, saya sudah menolak dengan halus, tapi korlip tetap meminta saya yang meliput. Akhirnya pasrah lah… (pasrah membawa nikmat)

Hari yang dinanti pun tiba (cie, berarti malu2 mau, tuh buktinya dinanti…) setelah daftar ulang di hari kedua saya tiba di bali (hari pertsama Cuma nongkring di kuta, lumayan kan…) saya hanya daftar ulang, artinya belum ada agenda konferensi yang bisa diliput, dan tanpa dinyana ternayat acara konferensi hanya berlangsung satu hari, pada 10 agustus sahaja. Well,, di hari itu pun (9 agt) saya merencanakan meet up dengan seorang teman traveller juga. Meluncurah kami ke pantai  Jimbaran guna meneguk segelas wine lemontea bersama pizza yang so-so di salah satu café nya yang berinisial JWB. Suasana khas jimbaran, dengan waktu yang tepat saat sunset, membuat saya berasa ada di pilem2 jadi tokoh protagonist yang happy ending (apasih).

Obrolan saya dan teman, lalu bertambah meriah karena dua teman nya teman saya itu datang menghampiri, ada yang bawa anak pula. Jadilah obrolan pun kemana2, mulai dari macetnya bali, cafe2 hits yang belum mereka coba dan sudah masuk waiting list, kerjaan mereka bertiga yang pusing dengan kelakuan tamu hotelnya yang minta macam2 (mereka bertiga kerja sebagai manager hotel) hingga spot2 bali yang belum terjamah.

Nah soal terakhir ini lebih kepada saya yang memanas2i, agar ada masukan pantai baru bali yang sepi, dan bisa saya kunjungi di akhir PEKERJAAN saya di Pulau Dewata ini.
Tersebutlah beberapa pantai mulai dari balangan, tegal wangi, karma kandara, dll… tapi dari sekian nama, saya belum pas juga dengan nama pantai mana yang saya kunjungi.

Esok harinya tepat sesudah hari yang melelahkan meliput International Meeting on Contering Terorrism, saya sudah mendarat kamar jam 18an lewat. Senangnya karena banyak free time. Sambil tiduran, saya menatap nanar layar HP, saya gugling dengan sejumlah keywords seperti “pantai sepi di bali, pantai baru bali, hidden bitch eh beach in bali…”. Hingga akhirnya menemukan satu artikel dengan judul …. “11 PANTAI TERSEMBUNYI DI BALI DENGAN PESONA TIADA DUANYA oleh imron ramadhan. Ada pantai nyang2, gunung paying, bias tugel, green bowl, dan masih banyak lagi.  Dua pantai terakhir yang barusan ditulis lah yang mencuri pandangan saya. Setelah cek di GPS dari NOKIA LUMIA kesayangan, ternyata bias tugel jauh banget dekat padang bai, sementara hotel saya di jalan by pass. Dan ya, sudah bias tertebak, pantai GREEN BOWL yang akhirnya saya pinang, karena jaraknya hanya sekitr 8km saja dan 20 menit berkendaran (perkiraan GPS).
Dan tadaaaaaa… keesokan harinya tiba, saya sudah tak sabar dan terbangun pagi. Tapi… tetes air hujan Nampak di kaca jendela kamar saya, ketika saya buka tirai nya. Ya langit diular pun bahkan masih mendung, beda dengan hari sebelumnya yang cerah cenderung panas.

Hm… setelah sarapan dengan nasi jingo, saya menguatkan tekad untuk tetep mengunjungi GREENBOWL (GB). Jam 7.30 saya sewa motor dari hotel seharga 80 ribu seharian. Balik kamar dan sikat gigi, cuci muka, dan benerin muka, saya langsung cabs pas jam 8 menuju GB. GPS sudah mematok tujuan GB, dan langsung cabs dengan kecepatan sedang. Act like a local. Dengan hanya bercelana pendek, kemeja ala2, topi, helm, dan bekal hanya minum biar tak dehidrasi, saya isi bensin full tank (22ribu) untuk motor mio sewaan itu.

ekspresi gembira menemukan pantai, padahal betis mau pecah setelah meniti 330 anak tangga

Yiha… 30menitan saya menikmati jalanan dr By pass ngurah rai kearah selatan (ungasan) yang ujung2nya GB. Jalan bali is the best in the country, mulus bak porcelain tiongkok. Tengah perjalanan sempat turun hujan rintik, tapi tetetp saya terjang. Dan yang jadi prescious (duh gatau cara nulisnya, sok2an biar keren) moment  adalah aroma bakaran dupa khas bali, dan sejumlah perempuan bali dengan kebaya nya yang lewat di perkampungan yang saya lewati (boros kata). Ah…

Tiba di BG saya harus masuk dan bayar retribusi 5000 rupiah sahaja. Setelah parkir, saya dihampiri seorang nenek.
“dari mana dek…” Tanya dia ramah
“Jakarta bu…”
“oh, sendiri ya…”
“iya…” (lalu kemudian jawaban saya ini menjadi boomerang bagi diri saya sendiri….)

Ternyata nenek itu adalah scam. Setelah dengan ramah menyapa, sang nenek memaksa saya membeli gelang. Saya tolak dengan haluspun dia tetap memaksa dan menempel pada sosok saya tak mau jauh. Kebetulan saat itu lagi sepi (iyalah, pagi2 jam 8, hari kamis pula…) jadi wisatawan yang Nampak di parkiran hanya saya seorang. (sebenernya ada dua bule, tapi sudah duduk2 manis di sebuah warung di seberang parkiran motor).
Akhirnya karena ga tega, dan ga bisa nolak (sifat gw bingits). Akhirnya saya keluarkan 10 ribu seperti harga yang diminta nenek tadi. Eh belum berakhir sodara2…
“kasih lah nenek 20 ribu, buat beli minum kasian nenek…”
Oh my god, saya kira taka ada macam beginian di Bali… FYI di lain waktu saya dikabari teman kalo scam macam ini hanya ada di GB. Makanya teman saya paling malas ke GB.

Setelah sedikit menemui drama, saya harus menapaki 330 anak tangga menuju pantainya. Tanpa pemanasan tanpa apa2, saya langsung setengah berlari saking antusiasnya. Dan, sekira 7-8 menitan saya akhirnya bisa menyentuh pasir pantai GB yang lembut dan mulus. Eh ternyata di pantai sudah ada dua orang wisatwan, dan seorang nelayan rumput laut (sepertinya). Jadi aku tak sendiri (lagi).

Jika saya gambarkan GB ini tak jauh beda dengan Pandawa yang saya kunjungi tahun lalu. Ya letaknya saja berdekatan kok. Cuma GB lebih pendek garis pantainya, dan sepi. Beda dengan Pandawa yang katanya sekarang sudah semakin ramai. Kembali ke GB, katanya kenapa dinamakan mangkuk hijau, karena terdapat karang berbentuk mangkuk yang berwarna hijau karena efek rumput laut. Tapi saya tak jua menemukan greenbowl itu karena air laut masih pasang.

Tanpa sia2 kesempatan, saya langsung foto2 untuk PAMER dulu ke temen2. Tapi, sayang ga bisa pamer di IG karena disini TAK ADA SINYAL. Tapi bagusnya kita bias focus mantei tanpa mikirin dunia maya yang fana itu….

Tanpa banyak bacot, cekidot lah foto2 guweh… yang guweh ambil dengan bantuan TIMER karena ga ada yg bias dimintai tolong. Ya saya malu juga minta difoto2 in, banyak pula, plus  dengan badan setengah telanjang… alias shirtless hahahah…

terimakasih pada teknologi bernama TIMER dalam kamera HP

menyejukan dan meneteramkan

beach boy ala2. itu bukan zac efron di film baywatch, anda agak keliru jika mengira begitu


Ketika mulai menceburkan badan ke air, saya melihat seorang IBU mendekat k etas yang saya simpan di mulut gua (FYI : ada gua gua di pantai GB ini, tapi sayang banyak sampahnya, katanya sih kebawa arus. tp darimanapun itu asalnya, jangan nyampah di pantai ya guys...). Saya pun menepi. DAN DEJAVU MENYAPA. IBU kedua ini kembali melontarkan hal sama dengan ibu pertama di tempat parkiran tadi… akkk… scam kedua mulai menyerang. Dan saya pun akhirnya terlena, terpedaya mengeluarkan uang 15 ribu untuk gelang kedua. Phewwww…..

Akhirnya mood mantai pun pudar. Udah ga semangat mantai dan foto2 lagi. Tapi sudah cukuplah saya kira 1,5 jam berada disana. Saya pun segera mengakhiri beach therapy ini dan segera naik kembali meniti 330 (gatau pastinya, coba aja itung ya kalo kesana) anak tangga. Ya agak sedikit menyayangkan, karena seharusnya penjual gelang tak perlu memaksa, toh rejeki sudah ada yang atur ya ibu-ibuuuu (ibu2 dan wanita selalu benar, ditimpuki pembaca wanita, kalo ada,…)

Setelah hampir sampai parkiran, sudah ada sekitar 6 orang ibu di dekat tempat parkir, saya “dikeroyok” dengan tawaran “pijet mister… pijet…” (cie dipanggil mister gegara pake kacamata). Satu ibu bahkan teriak “woi,, udah beli gelang dia…” yang menandakan pasar persaingan sempurna benar2 terjadi disini.

Phew, tanpa melirik satupun ibu, saya langsung pasang helm, nyalakan motor, dan ngibrit….krik. agak garing dan kurang esensikah postingan kali ini? Hm,, Cuma mau cerita GB beach dan scam nya aja sih. Hahaha… tunggu postingan selanjutnya (emang ada yg nungguin,,,)

Sekian.

lots of love...

Kamis, 17 Maret 2016

BALI, FOR THE SECOND TIME






 
Tak pernah terbayang sebelumnya akan melakukan perjalanan penuh instant. Ya berawal dari sebuah kebuntuan merayakan tahun baru dimana, toh memang setiap tahun juga gak kemana2 dan gak ngapa2in. Ajaib nya selalu memasuki hari libur kerja pas di malam tahun baru, jadi lah terbebas tugas dari live report malam tahun baru.  Tahun ini hampir saja ikut presiden tahun baruan di RAJA AMPAT. YA, RAJA AMPAT. Tapi karena bukan rejeki saya, ya jadilah malam tahun baru 2016 saya habiskan di BALI...

Berawal dari ajakan seorang teman, dua mingguan sebelum tgl 31 Des. Ia menanyakan agenda tahun baru kemana, kalo memang belum ada mari kita goyangkan bali., begitu selorohnya. Tanpa pikir panjang saya iyakan ajakannya, karena teman saya ini menjanjikan tiket yang murah melalui kenalan yang ia punya, seorang humas maskapai. Tapi, se humas2nya temennya temen gue itu, karena inipeak season, maka tiket pun tetap dipatok harga mahal. Masih mendingan kita dapet tiket di malam tahun baru, begitu katanya.

Well, sepulang kerja hari rabu sore gw langsung bergegas menunggu jemputan teman untuk ke bandara. Pesawat kita waktu itu flight jam 20an (lupa detilnya, inilah kalo males...). setelah dijemput dan berangkat, kita tiba di T3 soetta. Langsunglah kami print boarding pass di konter self check in. Gw langsung print untuk pulang, biar ga ribet. Sementara emen gue Cuma print buat berangkatnya aja, maka sesuatau sesungguhnya sedang mengintai dia (cerita menyusul). Hahahah

Setelah nunggu beberapa menit, peswat kita air asia x berangkat juga, men... penuh banget sama orang2 haus akan piknik. Udah pada kece orang2 mau  mantai dan rave party gitu gayanya. Padahal masih besok ye tahun barunya. Well, perjalanan satu setengah jam pun gw isi dengan TIDUR karena capek seharian kerja dan mendapat sedikit DRAMA* di tempat liputan. Uh oh, dramanya nanti deh disisipi di catatan kaki. Akhirnya pukul 22 waktu BALI, kaki2 mungil (huks...) kami mendarat di BALI. Kami pun di jemput temannya teman saya, katakanlah BANGKE (itu nama panggilan dia) yang masih pakai setelah tidur berupa kaos, celana pendek dan sendal jepit.

Tak enak karena menggangu tidur nya, gw coba sok asik sama dia. Eh BANGKE (duh kok ga enak ya baru kenal udah manggil begituan), kerja dimana, semalam dengan siapa... (lah...)

Kamipun tiba di hotel SPUNKY daerah Seminyak. Gak tau kenapa teman saya ini memilih daerah seminyak, mungkin kuta penuh. Hotel yang nyaman dengan kolam renang langsung depan pintu kamar kami. Oya, HOTEL (bukan anak hostel lagi kali ini) kami deket banget lokasinya dengan lapas kerobokan, yang beberapa hari sebelumnya terjadi keributan lagi yang berdarah2 serem kinyis gitu. Mudah2an damai2 aja selama gw disana, numpang liburan ya om2 napi...
Keesokan harinya... (kamis 31 des 2015)
Kami (saya, teman dan Bangke) agak siang berangkat dari hotel, karena bangke baru jemput dari acara pribadi dia dulu...
Sempet bingung karena menentukan tujuan, akhirnya saya sebut pantai GEGER hasil riset singkat saya soal pantai bagus di bali. Well, kembali kaki2 mungil kami meluncur ke kawasan nusa dua, untuk berGEGER ria. Oya bacanya geger (e seperti pelafalan e pada LEMBU, jadi bukan seperti pelafala e pada TEMPE ya..)
Setelah terperangah dengan hotel2 mewah di sepanjang NUSA DUA menuju GEGER (The mulia, St. Regis, ... liat dari luar nya aja sih), kami pun tiba di GEGER... eits, bayar retribusi dulu sebesar (lupa antara 5000/7500 per orangnya). foto pembuka tadi adalah secuil keindahan pantai geger yang berpasir putih dan berombak yang berarus. lha....

Sayang,  siang itu ombaknya masih ganas alias pasang, jadi bahaya kalau kami renang2 ganteng disitu. So, saya Cuma foto2 seorang bapak dan anaknya yang hendak melarung sesajen. Dan sedikit berfoto di area yang berkarang menyerupai pintu gerbang, dan mirip di lokasi syuting video  clip STYLE nyaTAY@ SWIFT. Skipp

Waktu masih menujukan pukul 14 kurang dua menit lah. Kami pun memutuskan buat keliling nusa dua lagi, oya temannya BANGKE yaitu ASEP (nemu sesama sunda di BALI) ikut gabung, jd trip ini berisikan empat pemuda tanggung. Kami pun lanjut keliling Nusa dua. Bangke pun menjelaskan satu persatu tempat yang kita kelilingi, mulai dari BNDCC, dan sebuah yang katanya bagus banget karena open air gitu, tapi kita ga masuk karena lebih mencari pantai dibanding mal. Oya di nusa dua ini banyak yang jogging, bikin envy, tapi ga mungkin juga ya.

Kita pun melangkah menuju salah satu keajaiban di NUSA DUA, yaitu WATER BLOW. Yep suei namanya, disini ada air yang bertiup, ah... maksudnya ada air yang di blow, aduh... gimana ya ngejelasinnya. Intinya ada gundukan batu di tepi laut, sehingga jika ombak di laut tersebut terkena angin dan mengenai bebatuan tadi, maka munculan semburan air yang tinggi, muncul di antara batu2 karang tadi. Ribet ya penjelasannnya. Pernah liat film fools gold yang dibintangi mathew mc conaughey dan kate hudson, nah ada salah satu adegan yang mana harta karun mereka terpecah oleh water blow. Pasti makin pusing... skipp
Perlu kecermatan dalam memoto sembutan air di water blow ini. ya, maklumlah namanya juga pemoto biasa2.


Well, kompleks water blow ini batu karangnya tak boleh di lewati, ada tandanya tapi masih banyak yang mbandel. Gue sampe bergumam kalo ada pengunjung yang terbawa air semburan, gw bisa langsung briking news nih, eksklusif pula. Oya, disini sudah terdapat aera khusus buat pengunjung yang di buat dari deck kayu, jadi berdirinya disitu saja ya.

Puas ngeblow, di water blow. Jam menunjukan pukul 15an. Kamipun kehausan dan nongkring sejenak makan es kelapamuda di salah satu sisi pantai nusa dua. Keasikan nongkrong sampe lupa tujuan kami, ya kembali ke pantai GEGER buat renang2 ganteng. Alhasil kami jam 16 lebih tiba (lagi di GEGER). So, bayar tiket masuk lagi deh. Tapi gak kecewa karena kali ini bisa renang... benar saja begitu tiba disana, sepertinya anak2 gaul yang isntagram banget sudah mendahului kami. Ada yang sudah foto2 di pasir putihnya yang unyu. Ada yang renang eksis dengan snorkel masing2. Dan adayang hanya termenung sambil menunggu matahi pamungkas 2015.

Setelah melucuti pakaian hingga hanya menyisakan celana renang (celana surfing actualy, jangan bayangkan gw bercelana renang speedo segitiga ya), kami pun berhamburan nyebur ke pantai. Satu yang unik, arus di pantai ini terasa banget. Jadi seperti aliran sungai, kami dengan mudahnya terbawa ke sisi kiri pantai ya pokoknya ikut perputaran bumi lah. Jika di pantai biasa arus tak terasa, tau2 kita sedang berenang sudah geser posisi kan? Nah disini berenang dipantai bagai berenang di sungai, karena arusnya yang kentara. Tapi kalo soal sensasi, beuh, SERU. Bahkan kita sempet balap renang tapi dengan MELAWAN arus. Walhasil bagaikan melatih otot inimah namanya. Oya soal kejernihan air, beuh, manteo. Pasirnya sebesar merica, jd mungkin tidak terlalu banyak teraduk2 dalam ombak. Oya di dasar pantai bisa kita lihat banyak rumput laut. Dan semakin ke tengah air semakin hijau pekat karena memang banyak rumput lautnya...

salah satu sisi pantai geger. 


Setelah menikmati matahari pamungkas 2015, kita segera berpakaian, dan siap2 menyambut 2016. Oya ASEP ga bisa gabung karena dia harus bekerja di salah satu hotel, katanya bekerja di malam tahun baru itu campur2. Antara seneng tapi capek...

Well, jam hampir menunjukan pukul 22. Kita masih nunggu bangke jemput, sambil riset tempat asik buat tahun baruan (telat banget). Well, setelah bangke dateng kita bertiga bingung milih pantai mana buat melepas tahun. So, yang paling dekat dan memungkinkanlah pada saat itu, karena jalanan sudah penuh dengan manusia...

Pantai petitenget yang masih dalam kawasan seminyak, sudah full dengan manusia dari berbagai belahan dunia. Meski belum pukul 00, tapi kembang api sudah bertebaran. Kami cemas karna jelang pukul 00 masih di mobil yang masih muter2 cari tempat parkir. Ya memang salah besar, sudah telat, pakai mobil pulak. Tapi 5 menit jelang 00, kami parkir di tempat yang memungkinkan, lari ke pantai, dan... byur, byar, pletak, bummm, begitulah kira2 pergantian tahun pertama gue yang spekta di bali.
FYI tahun2 sebelumnya pergantian tahun gw lewati hanya dengan tidur dan tidur. Ini karena sedari kecil nyokap gw selalu ngelarang kemana2 pas tahun baruan.

old and new fireworks


Well, leher udah pegel karena dongak ke atas terkagum dengan kembang api yang banyak (ini baru petitenget, gimana kuta ya). Kami bertiga kelaparan. Niat hati masuk ke klab pantai atau cafe hits, urung karena sudah penuh semua. Well, kamipun bergerak ke arah hotel lagi dan menemukan sebuah warung ber topeng cafe. Sebenanrnya tetep warung sih, tapi yang penting ada makanan, minuman dan asik buat nongkrong. Jam 2 lewat kami baru memutuskan untuk tidur kembali ke hotel. Welccome 2016...



Jumat 01 jan 2016
Bangun agak telat, gw membuka pagi dengan berenang2 asal tapi niat (lah). Bolak balik dengan melihat catatan waktu, gaya yang dipakai pun gaya dada (karena ga bisa gaya lain). Lelah, sarapan yang disediakan hotel berupa pancake dengan jus jeruk angsung saya lahap. Berasa liburan yah kalo gini. Maklum anak hostel, jadi hal2 seperti ini bikin merinding aja. (apasih fer)

Well, karena itu hari jumat, kita pun kebignungan mencari mesjid yang mana di seminyak ini agak susah. Saya tanya ke petugas hotel, lalu ia jawab memang agak jauh. Meski ia menunjukan arah tetap kami tak temukan. Hingga akhirnya, (seperti yang sudah bisa ditebak), kami pun melewatkan dan hanyasolat dhuhur.

Setelah makan siang, kami pun menunggu bangke yang katanya mau ajak keliling bali lagi. Dan namun ternyata, ia tak muncul jua hingga lewat pukul 15. Saya pun mau ngebolang sendirian tak tega, karena teman saya tetidur dan takutnya nanti nyariin pas saya pergi. Dan susah lagi korrdinasi mesti jemput sana-sini lagi. Well, jam 16 kami dijemput dan ke pantai seminyak buat melihat sunset. Suasana syahdu antara ombak dinamis, musik yang menggertak di salah satu beach club, dan orang yang berlalu lalang. Atmposphir seperti inilah yang saya suka dari pantai. So i will never be bored of beach.

Oya, hari itu hari terakhir saya di BALI. Penerbangan saya jam 21an, jadi masih sempet ngafe buat isi perut.
Salah satu cafe kami pilih karena pemiliknya merupakan teman Bangke. Caesar salad dan thai tea sudah masuk ke perut, saya pun pulang diantar asep yang gabung kembali, dengan naik motor. Ternyata, bali macet parah menuju bandara. Saya semakin panik karena hampir jam 20.30masih berada di luar bandara . sehingga ketika memasuki bandara dan memarkirkan motornya, saya dan asep langsung berlari sekencang2nya. Kami pun berpisah tanpa pelukan atau ah... sudahlah, jangan bayangkan yang tidak2. Trims to asep teman sesama sunda yang sudah mengantar saya ke Bandara dengan waktu sangat mepet.

Nah, disini serunya, untungnya saya sudah check in. Jadi tinggal lapor ke konter dan dapat nomor tempat duduk, saya dipersilakan langsung ke boarding room karena PESAWAT SEBENTAR LAGI TERBANG. Tanpa berfikir itu candaan, saya langsung menuju gate yang dimaksud. Dan.... tara... ternyata penumpang dengan tujuan sama masih anteng di boarding room. Itu petugas bikin kaget aja. Fuih...

Loh, temen saya yg dari jakarta mana? Tenang dia gak ketinggalan, dia memang beda jadwal kepulangan. Dia baru pulang lusa harinya, alias dua hari kemudian di minggu pagi, karena senin dia baru masuk kerja. Tapi kemudian saya tahu sebuah kemalangan melanda dia. Ketika saya sudah bekerja dengan indah di Jakarta, ia menelpon saya bahwa ia ketinggalan pesawat. Penyebabnya banyak. Karena lupa setel jam dari WIB ke WITA, jadi alarm dia terlambat bunyi. Lalu, dia semalem habis em... party gitu, jadi mungkin masih tipsy alias BASIAN kalo kata anak jaman sekarang. Sampe2 lupa bangun.ketiga, jika saja dia sudah self check in di jakarta, maka hal itu takan terjadi, karena artinya dia sudah dapat boarding pass, so tinggsal lapor dan dapat nomor kursi. Ini jadi pelajaran bagi siapapun, sediakan lah boarding pass dimuka untuk menghindari hal2 seperti ini. Akhirnya teman saya pulang menuju dari SURABAYA, karena penerbangan denpasar menuju jakarta sudah PENUH.

Akhirnya, liburan singkat, namun padat. Instant namun penuh berkesan.bali selalu mengagumkan dengan pesonannya yang tak pernah berkesudahan.
Yep, wajar lah bali selalu terpilih menjadi destinasi liburan terbaik. Aroma dupa, pantai2nya, senyuman dan keramahan warganya. Ah...

KemBALI