Sabtu, 27 Oktober 2018

MALANG GANTENG…





Memilih judul anti mainstream? Sudah terlalu umum memuji keindahan dengan kata2 cantik. Sesekali pakai kata Ganteng lah. Sama halnya dengan se-anti mainstream perjalanan dadakan kali ini.

Yeap, MALANG, setelah sekian lama dalam angan, dan tak pernah terlaksana, akhirnya kaki ini menginjakan bumi NGALAM. Sebenarnya ini bukanlah perjalanan terencana, semua serba dadakan, setelah ada kerja sampingan di Jember.

HARI 1, MINGGU 21 OKT 2018


Dengan bermodal nekad, dan karena tiket kereta habis, saya menuju Malang dari Jember (gak pakai utara) dengan Bus. Oya perlu saya ceritakan, tadinya saya dari Jember mau lanjut ke Banyuwangi. Karena memang awalnya perjalanan saya berawal dari BWI. Tapi karena BWI lagi penuh dengan festival Gandrung Sewu, maka urung. Toh tujuan saya ke BWI pun ingin menjejakkan kaki di Pulau Tabuhan, namun urung karena tak bisa 1 orang per trip, bisa sih tapi mahal. Dan kembali, BWI sedang penuh-penuhnya, begitu juga dengan tur ke Tabuhan yang sudah fool booked.

Well, dari terminal Jember ke Malang, bukan lah perkara mudah (bagi saya). setidaknya kita harus naik dua kali bus patas, yang ya udah lah ya. Busnya tua sih, tapi masih cukup nyaman kok. Dari Jember jam 10, tiba di Probolinggo jam 12, tuker atau naik bis baru di terminal Probo yang menuju ke Malang. So, gak ada bus patas langsung ke Malang ya gengs… HARUS NAIK BUS DAN BAYAR LAGI TENTUNYA DARI PROBOLINGGO KE MALANG.

Kalian harus tau, perjalanan dari Jember ke Malang bener-bener berasa memutar waktu. Sepanjang jalan yang beriringan dengan sungai, banyak sawah juga, dan disungai itulah banyak adegan tidak-tidak. Selain kerbau yang mandi dengan tidak pakai baju tentunya, buk-ibuk, dan bapak-bapak juga banyak yang melakukan ritual privat itu di sepanjang sungai yang dilewati. Hehe, berasa jaman dulu banget kan. Well, kembali ke topik.

MALANG… kahirnya tiba di kota ini jam 14an lewat. Saya turun di sebuah Alfama*t yang biasanya dijadikan pick up point. FYI : kalian harus infokan ke kondektur kalau mau ke kota Malang pakai angkutan online (jika memang begitu). karena di terminal Malang tak bisa pakai ojol atau taksol ya…

Dan setelah dapat gojek yang mas nya bilang “sendiri aja mas ke Malang, padahal kota ini paling cocok buat berkembang biak…” well, here we go Malang, let the adventures begin,…

WHERE TO STAY
Woodlot Hostel.
Hostel? Yep, sebagai hostel maniak (emang NGEHEmat aja sih), ketika tahu ada beberapa hostel di Malang, saya gak ragu buat milih stay di hostel selama 3 hari 2 malam. Hostel ini saya pilih karena mengandung banyak unsur kayu, dan eye catching. Servis oke, meski stafnya sedikit harus lebih ramah lagi. Hoho… oya tarip saya dapat untuk 2 malam adalah 170k. lumayan murah ya…
penampakan apik woodlot hostel


WHAT TO EAT
Selama di Malang, saya benar-benar ingin melepaskan hasrat kerinduan sama makanan khas Jatim. Terutama, TAHU TELUR…dan setelah mencari-cari di Gmaps, akhirnya nemu kedai tahu telur terdekat dengan hostel, letaknya di Pujasera Tulip samping Gajahmada Plasa. Awalnya susah banget nyari pujasera ini, sampai sempat tersasar. Namun karena hasrat begitu menggebu, saya terus keliling dan bolak-balik bak orang bingung sampai akhirnya nemu.
Ini dia penampakan tahu telur (10k) dan es jeruk (4k) yang murah tapi rasa mewah dilidah…

Tahu telur dan es jeruk


WHERE TO GO
Kampung Jodipan adalah pilihan pertama yang saya sambangi. Secara lokasi tidak terlalu jauh, jadi setelah makan tahu telur, saya lanjut jalan kaki ke Jodipan (yeah, jalan kaki sekalian bakar lemaq). Disini tidak berlama-lama, karena cuma memenuhi rasa penasaran saja, toh ini hal mainstream yang dilakukan ketika ke Malang toh.
 
the colorful Jodipan
Hari pertama saya tutup dengan mereguk hangatnya wedan ronde di dekat hostel. Kembali, karena Malang malam itu cukup dingin, dan benar saja apa yang dikatakan mamas ojol, “Malang kota yang cocok untuk berkembang biak”.


HARI 2, SENIN 22 OKT 2018
NO MORE I HATE MONDAY. Karena hari ini petualangan anti main stream dimulai. Orang2 yang saya temui bertanya dan menduga “mau ke Bromo ya, atau Batu?” SALAH… saya mau menguak kegantengan pantai selatan. Jam 4.30 sudah terbangun, Daftar pantai-pantai yang akan dikunjungi sudah (9 pantai dilist, tapi target 5 pantai), tugas kantor sudah selesai, jam 6.50 saya menuju rental motor yang sangat dekat dengan hostel, kembali saya bersyukur memilih hostel ini karena lokasinya yang benar2 ganteng.

Motor bersewa 80k perhari pun mebawa saya ke arah selatan, tepat pukul 7.30 (telat setengah jam dari target awal, karena pemilik rental nganter anak sekolah dulu bosku…). Udara segar kota Malang membuat saya benar-benar bahagia. Betapa seminggu sebelumnya dilanda kesibukan tiada tara, dan kini bisa menyenangkan diri sejenak.

Meski sempat berhenti beberapa kali (untuk isi bensin, beli makanan ringan, dan set kamera buat traveling shot, serta mengecek jalur agar tak nyasar), akhirnya setelah hampir 3 jam, saya tiba di CMC atau Clungup Mangrove Conservation. Ini adalah akses masuk ke pantai Gatra, tujuan pertama saya.
Hal unik terjadi karena CMC ini dikelola warga dengan konsep ekowisata. Semua barang2 pengunjung yang berpotensi menjadi sampah didata. Jika ada yang tidak nampak saat kembali, artinya tertinggal di pantai dan menjadi sampah, kita akan dikenakan DENDA KANYA DEWI. (ITU DINDA…).

WHERE TO GO
PANTAI CLUNGUP
Ini adalah pantai pertama yang akan kita temui saat menapaki jalan setapak menuju pantai Gatra. Pantainya sangat landai, karena pada dasarnya ini adalah sebuah delta / laguna. (gooling aja ya apa beda keduanya. Hoho). disini juga bagus buat foto-foto, gak percaya, nih,…


PANTAI GATRA
Ini nih yang jadi juara dan jadi tujuan utama, Pantai Gatra. Pantai ini aman buat renang-renang ganteng guys, secara ombak berada jauh di pelupuk mata karena terpecah karang. Dan selain kece buat latar foto atau foto utama, disini juga bisa melakukan olahraga air berupa kano. Pertama kali nyoba langsung jatuh cinta, ga sesusah yang dibayangkan sebelumnya. Well tanpa banyak kata tanpa banyak basa basi, ini foto-foto kegantengan pantai Gatra plus objeknya.

kano ganteng di pantai Gatra - Clungup - Teluk Asmoro


ala-ala


PS :- Kano 25k all day (salama gak capek mainnya)

PANTAI TELUK ASMORO / ASMARA
Awalnya diberi tahu Mas Ali (pemilik sewa kano) seperti ini “kano-an agak jauh mas, ke pantai teluk asmoro sana, parkir kano nya terus main-main disana…” sambil menunjuk pantai teluk asmoro. Pantai ini tertelak sebelah-sebelahan dengan Gatra, hanya terpisah oleh Pantai Clungup yang menjorok ke darat. Pantai ini lebih renang-able karena masih terdapat ombak, tak setenang Gatra apalagi saat surut.
 
gantengnya pantai teluk asmoro

PS : beberapa pantai akan surut semakin siang, so, semakin pagi datang, semakin saik akan kalian dapat suasana nya : ombak, pencahayaan dan lebih sepi.

Jam 15 saya memutuskan untuk kembali ke Malang kota (estimasi perjalanan balik 2 jam). Yep, hanya 3 pantai yang dijelajahi, jauh dari daftar bisa bisa mencapai 5-6 pantai. Tapi, PUAS.


HARI 3, 23 OKT 2018
WHERE TO GO
Terbangun di jam 4 (asli, Malang seperti kota di Jatim lainnya, mengalami pagi lebih cepat. Jadi jam 5 pun serasa bangun kesiangan). Pagi itu, tatkala kulit masih perih akibat terbakar matahari, tatkala fisik masih lelah mantai seharian, tapi hasrat ingin lari pagi tak bisa dibendung. Maka larilah saya menegelilingi alun-alun merdeka dan alun-alun tugu. Kebetulan dua-duanya mengapit lokasi hostel saya.

WHAT TO EAT
Masih ada beberapa jam sebelum pesawat kembali ke Jakarta (12.40 by Lion Air), saya memutuskan mandi, packing dllnya jam 8. Jam 9.30 selesai dan check out, saya memesan ojol ke BAKSO BAKAR PAK MAN. Atas saran seorang teman, bakso bakar ini wajib dicoba, tapi karna saya tak bisa makan terlalu pedas, jadi saya sudah bilang “pedasnya level rendah” pun, tetap terasa pedas. But well, kuahnya juara…
 
super pedas aler...
Setelah kenyang ngebaso, saya lanjut ngegelato di BVGIL. Karena saya rasa jam nya masih cukup, so gelato coklat dan matcha greentea jadi pilihan ganjel perut selanjutnya. Dan, saking asyiknya menikmati kudapan ini scoop demi scoop, saya hampir lupa, bahwa jarak kota dengan bandara cukup jauh. So jam 10.55 saya baru pesan taksol, dan tiba di bandara Abdul Rachman Saleh jam 11.30. fuih…


Well, Malang benar-benar membuai saya dengan pantai sepi, indah dipandang dan instagenik. Belum lagi makanan seru dan orang-orang yang ramah. Kota ini memang ditakdirkan buat wisata, and sure i am glad to visit in any other time. Butuh liburan singkat namun berkualitas, NGALAM…

I left my handuk heart in malang,




















Lots of love.